Subscribe:

Kamis, 01 Mei 2014

Keterampilan Membaca



BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Membaca merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang di segala usia. Baik itu tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Jadi membaca merupakan kegiatan yang sangat vital, karena dibutuhkan dalam keseharian kita. Seperti ketika kita ingin memakai suatu barang baru, maka kita harus membaca petunjuk pemakaiaannya. Selain itu ketika ita ada pengumuman baik di surat kabar,baliho atau televisi. Kita harus bisa membaca agar mengerti maksud dari tulisan yang kita lihat.
Kemudian kegiatan membaca buku. Sekarang ini jarang sekali orang membaca buku, padahal banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan memebaca buku.
Membaca itu sendiri hampir serupa dengan kegiatan menulis. Ada ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam membaca. Jadi membaca itu sendiri tidak hanya sekedar tahu huruf dan cara melafalkannya saja, tetapi juga berkaitan tentang intonasi,ekspresi dan jeda. Selain itu mengetahui intisari cerita atau pokok pikiran dari apa yang kita baca.
Jadi membaca itu memiliki ketentuan-ketentuan sendiri, dimana sekarang ini banyak orang yang belum mengerti. Oleh karena itu dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami cara membaca yang baik dan bena.
B.Rumusan Masalah
1.    Bagaimana cara membaca kalimat ( frasa dan klausa )?
2.    Bagaimana cara membaca kalimat aktif dan pasif ?
3.    Bagaimana cara membaca pola kalimat?   
C. Tujuan
1.    Agar dapat memahami kalimat yang termasuk frasa maupun klausa.
2.    Agar dapat memahami  bentuk kalmat aktif dan kalimat pasif.
3.    Agar dapat memahami pola kalimat.
D. Manfaat
1.    Sebagai referensi tambahan untuk bahan pembelajaran.
2.    Sebagai pembanding dalam penyusunan makalah selanjutnya.
3.    Memberikan referensi kepada para pembaca tentang keterampilan membaca.

BAB II
Landasan Teori

A.    Pengertian Membaca
  1. Smith (Ginting, 2005) bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis.
  2. Spache & Spache (Petty & Jensen, 1980) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap dimana individu melakukan pembedaan terhadap apa yang dilihatnya, selanjutnya individu berusaha untuk mengingat kembali, menganalisa, memutuskan, dan mengevaluasi hal yang
    dibacanya.
  3. Chambers dan Lowry (Burn, Roe dan Ross,1984) menggaris bawahi juga
    menegasakan hal yang sama bahwa membaca lebih dari sekedar mengenali
    kata-kata tetapi juga membawa ingatan yang tepat, merasakan dan mendefinisikan beberapa keinginan, mengidentifikasi sebuah solusi untuk memunuhi keinginan, memilih cara alternatif, percobaan dengan memilih, menolak atau menguasai jalan atau cara yang dipilih, dan memikirkan beberapa cara dari hasil yang evaluasi. Hal tersebut secara keseluruhan termasuk respon dari berpikir.
Berdasarkan uraian beberapa teori yang diungkapkan para ahli, dapat di simpulkan bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis serta merupakan suatu proses yang kompleks yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap dimana individu melakukan pembedaan terhadap apa yang dilihatnya, selanjutnya individu berusaha untuk mengingat kembali, menganalisa, memutuskan, dan mengevaluasi hal yang di baca.



B.     Pengertian Kalimat
1.      Kalimat menurut Ramlan (1981: 27) adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
2.      Kalimat menurut Moeliono (1998: 311) adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam definisi ini terungkap dua wujud kalimat: lisan dan tulisan.
3.      Badudu (1990: 11) mengungkapkan definisi kalimat adalah satuan bahasa yang lengkap yang mengandung maksud. Kalimat sebagai bentuk bahasa adalah bentuk yang lengkap, bukan bagian dari suatu bentuk bahasa yang lebih besar.

       Berdasarkan uraian beberapa teori yang diungkapkan para ahli, dapat di simpulkan bahwa definisi kalimat adalah satuan bahasa yang lengkap, yang mengandung maksud. Dalam wujud lisan ataupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.


BAB III
Pembahasan

A.    Membaca kalimat (frasa dan klausa)
1.    Frasa
a)      Pengertian
Frase adalah kelompok kata (satuan gramatikal) yang tidak melebihi batas
fungsi kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata, frase tidak mengandung fungsi subjek dan predikat serta fungsi-fungsi lainnya (objek, pelengkap dan keterangan).
Contoh:
Kalimat: Aleks sedang menimbang sampel pakan di laboratorium kimia pakan.
Kalimat di atas dapat dibagi menjadi beberapa frase dan fungsinya dalam kalimat seperti pada Tabel berikut
Frase
Fungsi frasa dalam kalimat
Aleks
Fungsi subjek dalam kalimat bukan frase karena hanya terdiri atas satu kata
Sedang menimbang
Fungsi predikat
Sampel pakan
Fungsi objek
Di laboratorium kimia pakan
Fungsi keterangan

Selain pengertian seperti tersebut di atas, frase dapat juga didefinisikan sebagai
kelompok kata yang unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya. Definisi ini digunakan untuk membedakan frase dengan kata majemuk. Unsur-unsur pembentuk frase tidak membentuk makna baru sebagaimana halnya kata majemuk.
Contoh:

Kata majemuk
Frase
Pisang goreng
Goreng pisang
Panjang tangan
Tangan panjang
Besar kepala
Kepala besar
Bunga desa
Bunga mawar
Anak emas
Anak paman

b)      Ciri-ciri Frase
Berdasarkan dua pengertian frase di atas, frase memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1.      dibentuk oleh dua kata atau lebih,
2.      tidak mengandung unsur sunjek dan predikat, serta
3.      unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.
c)      Frase inti dan frase atributif
Inti frase adalah unsur utama/pokok, yaitu unsur yang diterangkan (D), sedangkan frase atributif adalah atribut/pewatas yang merupakan unsur yang menerangkan (M).
Contoh: Gedung laboratorium sedang dibangun
 D         M               M          D
Frase atributif adalah frase endosentris atributif (frase bertingkat) yang unsure atributnya berupa kata berimbuhan.
contoh:
anak tertua
 inti  atribut
garis pembatas
 inti     atribut
kata tertua dan pembatas merupakan kata berimbuhan ter- dan peng-
Berbeda dengan frase berikut:
kesadaran hukum
inti       atribut
Frase kesadaran hukum bukan merupakan frase atributif berimbuhan karena
atributnya (hukum) berupa kata asal/bukan kata berimbuhan.
d)      Macam-macam Frase
Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, frase diklasifikasikan atas frase
endosentris dan frase eksosentris. Sedangkan berdasarkan kategori/jenis kata, frase dikelompokan atas frase kata benda, frase kata sifat, frase kata keterangan, dan frase preposisi.
1)      Frase Eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang mempunyai distribusi (penyebaran)
yang tidak sama dengan unsurnya atau tidak mempunyai inti frase. Frase ini umumnya didahului oleh kata depan dan kata sambung.
Contoh:
di halaman
pada temannya
ke perpustakaan
2)      Frase Endosentris
Frase endosentris adalah frase yang mempunyai distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu unsurnya. Dengan lain perkataan, frase endosentris adalah frase yang mempunyai inti frase.
1)      Frase endosentris yang koordinatif ialah frase endosentris yang terdiri atas unsurunsur yang setara. Di antara unsur-unsurnya dapat disisipkan kata dan/atau
Contoh:
suami istri, tiga empat, pembinaan pelaksanaan, belajar bekerja.
suami dan istri, tiga atau empat, pembinaan dan pelaksanaan, belajar atau bekerja.
2)      Frase Endosentris atributif ialah frase endosetris yang terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara karena ada unsur inti dan bukan inti/atribut.
Contoh: halaman luas
inti atribut
3)      Frase endosentris apositif ialah frase yang atributnya berupa aposisi/keterangan tambahan.
Contoh:
Made, mahasiswa fapet, memiliki IPK tertinggi
Sapi, ternak ruminansia, berlambung ganda
2.      Frase BerdasarkanKategori/Jenis Kata
Dengan menitikberatkan pada jenis kata yang menduduki unsur inti frase dibedakan:
a. frase kata benda
contoh: gedung sekolah, keadilan sosial
b. frase kata kerja
contoh: akan belajar, sedang membaca
c. frase kata sifat
contoh: sangat besar, panjang sekali
d. frase kata keterangan
contoh: bulan depan, tadi pagi
e. frase kata depan
contoh: di rumah, ke sekolah
3.      Frase Ambigu
Frase ambigu adalah frase yang bermakna ganda atau lebih dari satu.
Contoh 1:
perancang busana wanita
Frase ini dapat bermakna perancang busana wanita yang berjenis kelamin wanita
atau orang (laki-laki atau wanita) yang pekerjaannya merancang busana wanita.
Keambiguan pada frase tersebut disebabkan oleh kegandaan hubungan unsur-unsurpembentuknya. Perhatikan bagan berikut!
Perancang busana wantia                                      perancang busana wanita










wanita
 

Perancang busana
 



perancang
 

Busana wanita
 


 




Contoh 2:
i. kambing hitam
ii. orang tua
iii. meja hijau.
Frase pada contoh kedua bermakna sama dengan contoh pertama. Kambing hitam dapat bermakna (1) kambing yang berwarna hitam dan (2) orang yang dipersalahkan.
Orang tua dapat bermakna (1) orang yang sudah tua, dan (2) bapak dan ibu. Meja
hijau dapat bermakna (1) meja yang berwarna hijau, dan (2) pengadilan.
Makna pada nomor satu (1) di atas bukan merupakan makna baru. Frase yang
demikian dinamakan frase biasa. Makna pada nomor (2) merupakan makna baru.
Frase yang demikian dinamakan frase idiomatis.
4.      Perluasan Frase
Unsur-unsur pembentuk frase bersifat longgar; unsur-unsur tersebut dapat
diperluas atau dipersempit. Perluasan atau penyempitan unsur-unsur frase berbanding terbalik dengan makna yang dibentuknya. Semakin banyak unsurpunsur suatu frase, makna frase tersebut semakin sempit/terbatas. Sebaliknya,semakin sedikit unsur-unsur suatu frase, makna frase tersebut semakin luas (lihat contoh 1 berikut).
Perluasan unsur-unsur frase terjadi pada bagian/arah kanan unsur inti dan umumnya menggunakan kata yang. Unsur frase yang didahului kata yang merupakanatribut dan unsur frase yang di depan kata yang selalu merupakan inti frase (lihat contoh 2 berikut).
Contoh 1:
No.
Makna semakin terbatas
No.
Makna semakin luas
1
Ayam pedaging
1
Ransum ayam pedaging yang dibelikan Patris kemarin dari toko Waris
2
Ayam ras pedaging
2
Ransum ayam pedaging yang dibelikan Patris kemarin
3
Ayam ras pedaging yang dipelihara dikandang workshop
3
Ransum ayam pedaging
4
Ayam ras pedaging yang dipelihara diworkshop Fapet Undana
4
Ransum ayam

Contoh 2 :
                               sapi timor yang gemuk

yang gemuk
(atribut)
 
Sapi timor ( inti )
 
                    

2. Klausa
Klausa, seperti frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa merupakan
kelompok kata yang memiliki konstruksi sintaksis yang mengandung unsur subjek dan predikasi, sedangkan frase tidak.
Perbedaan lainnya antara klausa dan frase adalah:
klausa tidak berintonasi akhir dan tidak bertanda baca
kalimat berintonasi akhir, bertanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru
Contoh:
  • ia datang → klausa
  • ketika ia pergi → klausa
  • Ia datang. → kalimat
  • Ia pergi? → kalimat
  • Pergi! → kalimat
Klausa dibedakan menjadi dua macam, klausa utama dan klausa bawahan.
1.      Klausa utama adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat dan isinya sudah dapat kita pahami. Dalam kalimat majemuk bertingkat, klausa utama berfungsi sebagai inti kalimat.
2.      Klausa bawahan adalah klausa yang belum lengkap isinya sehingga klausa itu tidak dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat majemuk bertingkat atau campuran, klausa ini berkedudukan sebagai perluasan salah satu fungsi kalimat (fungsi: subjek, objek, pelengkap atau keterangan). Klausa bawahan (subordinatif) yang menjadi bagian klausa lain juga disebut klausa sematan.
Terdapat dua cara untuk menghubungkan klausa dalam kalimat majemuk, yaitu
hubungan koordinasi dan subkoordinasi. Hubungan koordinasi menghubungkan dua
klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama dalam
kalimat, sedangkan hubungan subordinasi menghubungkan dua klausa yang tidak
mempunyai kedudukan yang sama dalam kalimat. Konjugasi seperti dan, atau, dan
tetapi menghubungkan klausa koordinatif dan konjugasi seperti bahwa, sesudah dan
kalau menghubungkan klausa subkoordinatif. Bagan 1 – 2 berikut menyajikan bagan klausa utama dan klausa subordinatif dan bagan 3-5 menampilkan contoh kalimat majemuk yang terdiri dari klausa uatama dan klausa sematan serta pola hubungannya.
B.     Membaca kalimat aktif dan pasif
 Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Ciri penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu berupa kata kerja yang berawalan me(N)- dan ber-. Namun demikian, tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai kedua imbuhan tersebut, misalnya yang terjadi pada kata makan dan minum.
(1) Bu Lurah sedang asyik makan tape.
(2) Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air putih.
(3) Saya akan pergi sekarang juga.

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Kalima aktif, antara lain, ditandai oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-.
Contoh:
(1) Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati.
(2) Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya.
(3) Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.

Contoh lainnya adalah:
1.      Pak Iman, Bu Nani, dan Abi mendukung kegemaran Ina.
                      S                          P                    O
2.      Ina menelepon Mayang.
      S         P                O
Kedua kalimat tersebut dinamaka kalimat aktif. Kalimat aktif ditandai dengan predikat yang berupa kata kerja berawalan me-. Predikat kalimat nomor 1 adalah mendukung. Kata kerja ini erasal dari awalan me- dan kata dasar dukung. Selanjutnya, pediat kalimat nomor 2 adalah menelepon yang berasal dari awalan me- dan kata dasar telepon.
Kalimat aktif dapat di ubah menjadi kalimat pasif. Caranya, objek pada kalimat aktif di ubah menjadi subjek pada kalimat pasif.
Kata kerja berawalan me- di ubah menjadi kata kerja berawalan di-. Kemudian kata oleh bisa digunakan, bisa tidak digunakan.
1.      Kegemaran Ina didukung (oleh) Pak Iman, Bu Nani, dan Abi.
                 S                P                                        O
2.      Mayang ditelepon Ina.
            S         P          O

Ada beberapa macam kalimat pasif,yaitu (1) kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif, (2) kalimat pasif yang menggunakan imbuhan ter-,dan (3) kalimat pasif yang menggunakan imbuhan ke –an.
(1) Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif
Ada dua cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif.

Cara 1
1. pindahkan objek pada kalimat aktif menjadi subjek pada kalimat pasif.
2. ganti imbuhan me- pada predikat kalimat aktif menjadi imbuhan di- pada predikat kalimat pasif,
3. tambahkan kata oleh sesudah predikat kalimat pasif. Kata oleh ini bersifat manasuka, artinya boleh di pakai, boleh juga tidak.
Cara 2
1. hilangkan imbuhan me- pada predikat kalimat aktif.
2. letakan subjek sebelum predikat.

Contoh
Kalimat aktif
Kalimat pasif
Cara 1
Cara 2
Yunita menyapu lantai itu.
Lantai itu disapu yunita.
Lantai itu yunita sapu
Amir melempari mangga tetangga.
Mangga tetangga dilempari (oleh) amir.
Mangga tetangga amir lempari.
Pak Kawasaki memperpanjang visanya.
Visanya diperpanjang (oleh) pak Kawasaki.
Visanya dia perpanjang.
Para pahlawan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Kemerdekaaan Indonesia diperjuangkan (oleh) para pahlawan
Kemerdekaan Indonesia mereka perjuangkan.
Ujang memperbaiki mobil itu.
Mobil itu diperbaiki (oleh) ujang.
Mobil itu dia perbaiki.






(2) kalimat pasif menggunakan imbuhan ter-
Subjek
Predikat
pelengkap
Soto ayam bangkong
terkenal
Di mana-mana
Dia
Terlambat
Ke sekolah
Copet itu
Tertangkap
Polisi
Susi
Tertawa
---
Buku saya
terbawa
olehnya

(3) kalimat pasif menggunakan imbuhan ke-an
Subjek
Predikat
Pelengkap
Bukunya
Ketinggalan
Di rumah teman

Saya
Kehujanan
Kemarin
Kartika
Kecopetan
Di kereta
Udin
Kehilangan
Dompetnya
Saya
Kehabisan
Uang

                   Contoh :

Pola Kalimat

Subjek
Predikat
Objek
Keterangan
Kalimat Aktif
Sundari
Menghias
rumah
dengan lampion
Kalimat Pasif
Rumah
dihias
Sundari
dengan lampion



Pola Kalimat

Subjek
Predikat
Objek
Keterangan
Kalimat Aktif
Adikku
Memegang
bunga

Kalimat Pasif
Bunga
dipegang
adikku



C.     Membaca pola kalimat
1. Pengertian pola kalimat
Pola kalimat ialah pola yang terdiri dari unsur-unsur jabatan kalimat untuk membentuk sebuah kalimat. Jabatan kalimat itu meliputi subjek (pokok kalimat), predikat (sebutan), objek (pelengkap), dan keterangan. Jabatan-jabatan kalimat itu bila kita rangkaikan akan membentuk sebuah kalimat.
     Berdasarkan pola dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel, (4) S-P-K, (5) S-P-O-Pel, (6) S-P-O-Pel-K, (7) S-P-O-K, dan (8) S-P-Pel-K. Kedelapan pola dasar itu, dapat diturunkan menjadi varian yang tak terbatas sebagaimana dari 26 huruf latin diturunkan menjadi kata tertulis bahasa Indonesia yang tak terbatas.
Contoh kalimat berdasarkan pola dasar Badudu (1990: 32) ialah sebagai berikut.
No
Pola
Contoh Kalimat
1
S-P
Dudi berenang.
Ia menangis.
Harimau binatang buas.
2
S-P-O
Libi minum susu.
Binatang itu memanjat pohon.
3
S-P-Pel
Ia menangis tersedu-sedu.
Adik bermain bola.
4
S-P-K
Cincin itu terbuat dari emas.
Bapak pergi ke kantor.
5
S-P-O-Pel
Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan.
Mereka menamai anak itu Sarah.
6
S-P-O-Pel-K
Ibu membuatkan kami nasi goring setiap pagi
Ia mengirimi ibunya uang setiap bulan.
7
S-P-O-K
Libi minum susu setiap pagi.
Binatang itu memanjat pohon untuk tidur.
8
S-P-Pel-K
Ia menangis tersedu-sedu ketika mendengar berita itu.
Adik bermain bola di lapangan.


  1. Dudi berenang
   S         P
  1. Libi minum susu
       S       P        O
  1. Ia menangis tersedu-sedu
S          P             Pel
  1. Cincin itu terbuat dari emas
     S              P             K
  1. Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan
   S               P                          O         Pel
  1. Ia mengirimi ibunya uang setiap bulan
S        P              O     Pel         K
  1. Libi minum susu setiap pagi
S          P       O          K
  1. Adik bermain bola di lapangan
   S        P         Pel       K

2. Jabatan Kalimat
Dalam kalimat terdapat unsur-unsur yang berjabatan sebagai subjek,predikat,objek,dan keterangan. kalimat itu sendiri sekurang-kurangnya harus memiliki unsur subjek atau pokok kalimat dan predikat atau sebutan. Jika kalimat itu tidak mempunyai subjek atau predikat, kalimat itu dinyatakan sebagai kalimat tidak sempurna atau kalimat elips.
  1. Subjek
1)      Pengertian subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang berfungsi sebagai poko persoalan di dalam kalimat itu. Subjek disebutjuga pokok kalimat.
2)      Ciri-ciri subjek
Subjek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a)      Subjek terdiri dari kata benda atau kata ganti.
Misalnya: ahmad sedang berlibur.
                            Kebersihan perlu mendapat perhatian.
b)      Subjek biasanya diikuti oleh kata itu.
Misalnya: belajar itu penting.
                            Rumah itu terbakar.
c)      Subjek biasanya diikuti oleh pun.
Misalnya: aku pun akan membantumu.
                            Mereka pun berangkat.
d)     Subjek merupakan bagian yang menjadi pokok pembicaraan.
Misalnya: pembangunan berjalan lancer.
                            Keamanan perlu ditingkatkan.
b. Predikat
1)      Pengertian Predikat
Predikat adalah bagian yang berfungsi menerangkan subjek. Predikat disebut juga sebutan. Predikat ini dapat berjenis kata kerja dan dapat pula bukan kata kerja. Kalimat yang predikatnya kata kerja disebut kalimat verbal. Sedangkan kalimat yang predikatnya bukan kata kerja disebut kalimat nominal.
2)      Macam-macam Predikat
Atas dasar jenis kata yang menjadi predikat itu, kita mengenal adanya predikat verbal dan predikat nominal.
a)      Predikat Verbal
(1)   Pengertian Predikat Verbal
  Predikat verbal adalah predikat yang dibentuk dengan kata kerja.
(2)   Ciri-ciri Predikat  Verbal
Predikat verbal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(a)    Predikat verbal terdiri dari kata kerja.
Misalnya :  Adi menyiram bunga
(b)   Predikat menunjukkan suatu perbuatan
Misalnya : Ani membersihkan pekarangan
b)      Predikat Nominal
(1)   Pengertian Predikat Nominal
Predikat nominal adalah predikat yang dibentuk dengan kata selain kata kerja, yaitu kata benda, kata ganti, atau kata sifat.
(2)   Ciri-ciri Predikat Nominal
Predikat Nominal  mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(a)    Predikat Nominal merupakan bagianyang dapat didahului oleh kopula
(kata kerja bantu), seperti yaitu, ialah, adalah dan menjadi.
(b)   Predikat Nominal merupakan bagian yang menyatakan keadaan.
Misalnya : Gunung itu sangat tinggi
(c)    Predikat nominal merupakan aspek penanya
Misalnya : Siapa yang akan ikut?

c. Objek
1)      Pengertian Objek
Objek ialah bagian yang melengkapi dan memberi penjelasan predikat. Oleh karena itu, objek disebut juga pelengkap.
2)      Ciri-ciri Objek
a)      Objek terdiri dari kata benda atau kata ganti.
Misalnya: Polisi menangkap penjahat.
                                  Kakak sedang menyampuli buku.
b)      Objek terletak dibelakang atau mengikuti predikat yang berlawanan me- atau di-.
Misalnya: Kita ikut membangun jalan itu.
                                  Oki mengganggu adiknya.
c)      Objek dapat digeser menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Misalnya: Rudi mengambil bola (aktif).
                                  Bola diambil Rudi (pasif).
d. Keterangan
1)      Pengertian Keterangan
        Keterangan adalah suatu kata atau kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata keterangan, yang masing-masing menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam kalimat.
2)      Macam-macam keterangan dan ciri-cirinya
a)      Keterangan subjek
Ciri-cirinya :
     (1) Keterangan subjek terletak dibelakang subjek.
Misalnya: Presiden Republik Indonesia, Soeharto, meresmikan jalan itu.
(2) Keterangan subjek dapat didahului oleh yang.
      Misalnya: Buku yang baik ini milik temanku.
(3) Keterangan subjek dapat memberi penjelasan subjek dan dapat
      menggantikan subjek apalagi subjeknya tidak ada.
Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
b)      Keterangan Objek
Ciri-cirinya
Keterangan objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
(1) Keterangan objek terletak dibelakang objek.
Misalnya: Kami menyambut kedatangan Gubernur DKI Jakarta, Soeprapto, hari ini.
(2) Keterangn objek dapat didahului oleh kata yang.
      Misalnya: Saya belum mengenal orang yang dating bersamamu
      itu.
(3) Keterangan objek memberika penjelasan objek dan dapat
     menggantikan fungsi objek.
     Misalnya: Kami melihat Komar, sang pelawak itu.
c)      Keterangan Syarat
Ciri-cirinya
Keterangan syarat didahului oleh kata jika, jikalau, kalau, dan apabila.
Misalnya: Poho-pohon akan kering jika kekurangan air.
d)     Keterangan Sebab
Ciri-cirinya
Keterangan sebab didahului oleh kata sebab dan karena.
Misalnya: Kuda itu akhirnya mati sebab keracunan.
e)      Keterangan Tempat
Ciri-cirinya
Keterangan tempat didahului oleh kata di, ke, dari, atau kata yang
 menunjukan tempat.
Misalnya: Ibu berbelanja di took serba ada.
f)       Keterangan Tujuan
Ciri-cirinya
Keterangan tujuan didahului oleh kata agar, untuk, supaya, hendak,
 guna, buat, atau kepada.
Misalnya: Saya harus rajin belajar agar naik kelas.
g)      Keterangan Waktu
Ciri-cirinya
Keterangan waktu didahului oleh kata waktu, ketika, tatkala, sejak, atau kata menunjukan pengertian waktu.
Misalnya: Ayah pulang ketika aku sedang tidur.
h)      Keterangan Alat
Ciri-cirinya
Keterangan alat didahului oleh dengan yang diikuti oleh kata benda            yang menunjukan alat.
Misalnya: Pak Vino menggambar dengan cat air.
i)        Keterangan Keadaan
Ciri-cirinya
Keterangan keadaan didahuli oleh kata dengan yang diikuti oleh kata keadaan, atau menggunakan kata yang menunjukan keadaan atau cara.
Misalnya: Petani menerima hadiah dengan penuh haru.


BAB IV
Penutup
A.     Kesimpulan
Kesimpulan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab terdahulu, maka pada bagian ini akan dikemukakan beberapa pokok sebagai berikut :
  1. Membaca adalah suatu proses pemahaman, membuat ingat, dan berpikir pada suatu hal yang dibacanya.
  2. Kalimat adalah satuan bahasa yang diwujudkan secara lisan maupun tulisan, mengungkapkan suatu pikiran yang mengandung maksud.
  3. Frase adalah kelompok kata (satuan gramatikal) yang tidak melebihi batas fungsi kalimat.
  4. Klausa, seperti frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa merupakan kelompok kata yang memiliki konstruksi sintaksis yang mengandung unsur subjek dan predikasi, sedangkan frase tidak.
  5. Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan.
  6. Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.
  7. Pola kalimat adalah pola yang terdiri dari unsur-unsur jabatan kalimat untuk membentuk sebuah kalimat.
B.     Saran
Melalui kesempatan ini ada beberapa saran yang akan kami sampaikan, saran tersebut sebagai berikut:
1.      Sebagai mahasiswa, kita harus bisa memahami cara membaca dengan baik dan benar.
2.      Sebagai calon guru, kita harus bisa memahami apa saja yang membedakan antara frasa dan klausa, kalimat aktif dan pasif, serta menjelaskan pola-pola kalimat.



Daftar Pustaka

Bambang Tjiptadi.1988.Tata Bahasa Indonesia.Yudhistira: Jakarta
Hasan Alwi,dkk.2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga.Balai Pustaka: Jakarta.

J.J.de Hollander.1984.Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu.Balai Pustaka.Jakarta
N.F. Alieva et al.1991.Bahasa Indonesia deskripsi dan teori.Kanisius.Yogyakarta
R.M.H.E. Harimurti.1988.Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam Bahasa Indonesia.Kanisius:Yogyakarta

Tim BIPA Pusat Bahasa.2008.Lentera Indonesia 2 Penerang untuk Memahami Masyarakat dan Budaya Indonesia.

Tim Penyusun.2001.Kemampuan Dasar Bahasa Indonesia untuk Kelas 3 SD.Intan

0 komentar:

Posting Komentar