BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Membaca
merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap orang di
segala usia. Baik itu tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Jadi membaca merupakan kegiatan yang sangat vital, karena dibutuhkan dalam
keseharian kita. Seperti ketika kita ingin memakai suatu barang baru, maka kita
harus membaca petunjuk pemakaiaannya. Selain itu ketika ita ada pengumuman baik
di surat kabar,baliho atau televisi. Kita harus bisa membaca agar mengerti
maksud dari tulisan yang kita lihat.
Kemudian
kegiatan membaca buku. Sekarang ini jarang sekali orang membaca buku, padahal
banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan memebaca buku.
Membaca
itu sendiri hampir serupa dengan kegiatan menulis. Ada ketentuan-ketentuan yang
berlaku dalam membaca. Jadi membaca itu sendiri tidak hanya sekedar tahu huruf
dan cara melafalkannya saja, tetapi juga berkaitan tentang intonasi,ekspresi
dan jeda. Selain itu mengetahui intisari cerita atau pokok pikiran dari apa yang
kita baca.
Jadi
membaca itu memiliki ketentuan-ketentuan sendiri, dimana sekarang ini banyak
orang yang belum mengerti. Oleh karena itu dengan adanya makalah ini,
diharapkan dapat membantu untuk lebih memahami cara membaca yang baik dan bena.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara membaca kalimat (
frasa dan klausa )?
2. Bagaimana cara membaca kalimat
aktif dan pasif ?
3. Bagaimana cara membaca pola
kalimat?
C. Tujuan
1.
Agar dapat memahami kalimat yang termasuk frasa maupun klausa.
2.
Agar dapat memahami
bentuk kalmat aktif dan kalimat pasif.
3.
Agar dapat memahami pola kalimat.
D. Manfaat
1.
Sebagai referensi tambahan untuk bahan pembelajaran.
2.
Sebagai pembanding dalam penyusunan makalah selanjutnya.
3.
Memberikan referensi kepada para pembaca tentang keterampilan
membaca.
BAB II
Landasan Teori
A.
Pengertian Membaca
- Smith (Ginting, 2005) bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis.
- Spache & Spache (Petty & Jensen, 1980)
mengemukakan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks yang terdiri
dari dua tahap. Tahap pertama merupakan tahap dimana individu melakukan
pembedaan terhadap apa yang dilihatnya, selanjutnya individu berusaha
untuk mengingat kembali, menganalisa, memutuskan, dan mengevaluasi hal
yang
dibacanya. - Chambers dan Lowry (Burn, Roe dan Ross,1984) menggaris
bawahi juga
menegasakan hal yang sama bahwa membaca lebih dari sekedar mengenali
kata-kata tetapi juga membawa ingatan yang tepat, merasakan dan mendefinisikan beberapa keinginan, mengidentifikasi sebuah solusi untuk memunuhi keinginan, memilih cara alternatif, percobaan dengan memilih, menolak atau menguasai jalan atau cara yang dipilih, dan memikirkan beberapa cara dari hasil yang evaluasi. Hal tersebut secara keseluruhan termasuk respon dari berpikir.
Berdasarkan
uraian beberapa teori yang diungkapkan para ahli, dapat di simpulkan bahwa
membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis
serta merupakan suatu proses yang kompleks yang terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama merupakan tahap dimana individu melakukan pembedaan terhadap apa yang
dilihatnya, selanjutnya individu berusaha untuk mengingat kembali, menganalisa,
memutuskan, dan mengevaluasi hal yang di baca.
B.
Pengertian Kalimat
1.
Kalimat menurut Ramlan (1981: 27) adalah satuan gramatik yang
dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.
2.
Kalimat menurut Moeliono (1998: 311) adalah satuan bahasa
terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dalam definisi ini terungkap dua wujud kalimat: lisan dan tulisan.
3.
Badudu
(1990: 11) mengungkapkan definisi kalimat adalah satuan bahasa yang lengkap
yang mengandung maksud. Kalimat sebagai bentuk bahasa adalah bentuk yang
lengkap, bukan bagian dari suatu bentuk bahasa yang lebih besar.
Berdasarkan
uraian beberapa teori yang diungkapkan para ahli, dapat di simpulkan bahwa
definisi kalimat adalah satuan bahasa yang lengkap, yang mengandung maksud.
Dalam wujud lisan ataupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
BAB III
Pembahasan
A.
Membaca kalimat (frasa dan klausa)
1.
Frasa
a)
Pengertian
Frase adalah kelompok kata (satuan gramatikal) yang
tidak melebihi batas
fungsi kalimat. Walaupun merupakan kelompok kata,
frase tidak mengandung fungsi subjek dan predikat serta fungsi-fungsi lainnya (objek,
pelengkap dan keterangan).
Contoh:
Kalimat: Aleks sedang menimbang sampel pakan di
laboratorium kimia pakan.
Kalimat di atas dapat dibagi menjadi beberapa frase
dan fungsinya dalam kalimat seperti pada Tabel berikut
Frase
|
Fungsi frasa dalam kalimat
|
Aleks
|
Fungsi subjek dalam
kalimat bukan frase karena hanya terdiri atas satu kata
|
Sedang menimbang
|
Fungsi predikat
|
Sampel pakan
|
Fungsi objek
|
Di laboratorium kimia
pakan
|
Fungsi keterangan
|
Selain pengertian seperti tersebut di atas, frase
dapat juga didefinisikan sebagai
kelompok kata yang unsur-unsurnya masih mempertahankan
makna aslinya. Definisi ini digunakan untuk membedakan frase dengan kata
majemuk. Unsur-unsur pembentuk frase tidak membentuk makna baru sebagaimana
halnya kata majemuk.
Contoh:
Kata majemuk
|
Frase
|
Pisang goreng
|
Goreng pisang
|
Panjang tangan
|
Tangan panjang
|
Besar kepala
|
Kepala besar
|
Bunga desa
|
Bunga mawar
|
Anak emas
|
Anak paman
|
b)
Ciri-ciri Frase
Berdasarkan dua pengertian frase di atas, frase
memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
dibentuk oleh dua kata atau lebih,
2.
tidak mengandung unsur sunjek dan predikat, serta
3.
unsur-unsurnya masih mempertahankan makna aslinya.
c)
Frase inti dan frase atributif
Inti frase adalah unsur utama/pokok, yaitu unsur yang
diterangkan (D), sedangkan frase atributif adalah atribut/pewatas yang
merupakan unsur yang menerangkan (M).
Contoh: Gedung laboratorium sedang
dibangun
D M M
D
Frase atributif adalah frase endosentris atributif
(frase bertingkat) yang unsure atributnya berupa kata berimbuhan.
contoh:
anak tertua
inti atribut
garis pembatas
inti atribut
kata tertua dan pembatas merupakan kata berimbuhan
ter- dan peng-
Berbeda dengan frase berikut:
kesadaran hukum
inti
atribut
Frase kesadaran hukum bukan merupakan frase atributif
berimbuhan karena
atributnya
(hukum) berupa kata asal/bukan kata berimbuhan.
d)
Macam-macam Frase
Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya, frase
diklasifikasikan atas frase
endosentris dan frase eksosentris. Sedangkan
berdasarkan kategori/jenis kata, frase dikelompokan atas frase kata benda,
frase kata sifat, frase kata keterangan, dan frase preposisi.
1)
Frase Eksosentris
Frase eksosentris adalah frase yang mempunyai
distribusi (penyebaran)
yang tidak sama dengan unsurnya atau tidak mempunyai
inti frase. Frase ini umumnya didahului oleh kata depan dan kata sambung.
Contoh:
di halaman
pada temannya
ke perpustakaan
2)
Frase Endosentris
Frase endosentris adalah frase yang mempunyai
distribusi yang sama dengan unsurnya, baik semua unsurnya maupun salah satu
unsurnya. Dengan lain perkataan, frase endosentris adalah frase yang mempunyai
inti frase.
1)
Frase endosentris yang koordinatif ialah frase endosentris
yang terdiri atas unsurunsur yang setara. Di antara unsur-unsurnya dapat
disisipkan kata dan/atau
Contoh:
suami istri, tiga empat, pembinaan pelaksanaan,
belajar bekerja.
suami dan istri, tiga atau empat, pembinaan dan
pelaksanaan, belajar atau bekerja.
2)
Frase Endosentris atributif ialah frase endosetris yang
terdiri atas unsur-unsur yang tidak setara karena ada unsur inti dan bukan
inti/atribut.
Contoh: halaman luas
inti atribut
3)
Frase endosentris apositif ialah frase yang atributnya berupa
aposisi/keterangan tambahan.
Contoh:
Made, mahasiswa fapet, memiliki IPK tertinggi
Sapi,
ternak ruminansia, berlambung ganda
2.
Frase BerdasarkanKategori/Jenis
Kata
Dengan menitikberatkan pada jenis kata yang menduduki
unsur inti frase dibedakan:
a. frase kata benda
contoh: gedung sekolah, keadilan sosial
b. frase kata kerja
contoh: akan belajar, sedang membaca
c. frase kata sifat
contoh: sangat besar, panjang sekali
d. frase kata keterangan
contoh: bulan depan, tadi pagi
e. frase kata depan
contoh: di rumah, ke sekolah
3. Frase
Ambigu
Frase ambigu adalah frase yang bermakna ganda atau
lebih dari satu.
Contoh 1:
perancang busana wanita
Frase ini dapat bermakna perancang busana wanita yang
berjenis kelamin wanita
atau orang (laki-laki atau wanita) yang pekerjaannya
merancang busana wanita.
Keambiguan pada frase tersebut disebabkan oleh
kegandaan hubungan unsur-unsurpembentuknya. Perhatikan bagan berikut!
Perancang busana wantia perancang busana wanita
|
|||||||
|
|||||||
|
|
||||||
Contoh 2:
i. kambing hitam
ii. orang tua
iii. meja hijau.
Frase pada contoh kedua bermakna sama dengan contoh
pertama. Kambing hitam dapat bermakna (1) kambing yang berwarna hitam dan (2)
orang yang dipersalahkan.
Orang tua dapat bermakna (1) orang yang sudah tua, dan
(2) bapak dan ibu. Meja
hijau dapat bermakna (1)
meja yang berwarna hijau, dan (2) pengadilan.
Makna pada nomor satu (1) di atas bukan merupakan
makna baru. Frase yang
demikian dinamakan frase biasa. Makna pada nomor (2)
merupakan makna baru.
Frase yang demikian dinamakan frase idiomatis.
4.
Perluasan Frase
Unsur-unsur pembentuk frase bersifat longgar;
unsur-unsur tersebut dapat
diperluas atau dipersempit. Perluasan atau penyempitan
unsur-unsur frase berbanding terbalik dengan makna yang dibentuknya. Semakin
banyak unsurpunsur suatu frase, makna frase tersebut semakin sempit/terbatas.
Sebaliknya,semakin sedikit unsur-unsur suatu frase, makna frase tersebut
semakin luas (lihat contoh 1 berikut).
Perluasan unsur-unsur frase terjadi pada bagian/arah
kanan unsur inti dan umumnya menggunakan kata yang. Unsur frase yang didahului
kata yang merupakanatribut dan unsur frase yang di depan kata yang selalu
merupakan inti frase (lihat contoh 2 berikut).
Contoh 1:
No.
|
Makna semakin terbatas
|
No.
|
Makna semakin luas
|
1
|
Ayam pedaging
|
1
|
Ransum ayam pedaging yang dibelikan Patris kemarin
dari toko Waris
|
2
|
Ayam ras pedaging
|
2
|
Ransum ayam pedaging yang dibelikan Patris kemarin
|
3
|
Ayam ras pedaging yang dipelihara dikandang
workshop
|
3
|
Ransum ayam pedaging
|
4
|
Ayam ras pedaging yang dipelihara diworkshop
Fapet Undana
|
4
|
Ransum ayam
|
Contoh
2 :
sapi
timor yang gemuk
|
|
2. Klausa
Klausa, seperti frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa
merupakan
kelompok kata yang memiliki konstruksi sintaksis yang mengandung unsur
subjek dan predikasi, sedangkan frase tidak.
Perbedaan lainnya antara klausa dan frase adalah:
klausa tidak berintonasi
akhir dan tidak bertanda baca
kalimat berintonasi akhir,
bertanda baca titik, tanda tanya, atau tanda seru
Contoh:
- ia datang → klausa
- ketika ia pergi → klausa
- Ia datang. → kalimat
- Ia pergi? → kalimat
- Pergi! → kalimat
Klausa dibedakan menjadi dua macam, klausa utama dan klausa bawahan.
1.
Klausa utama adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai
kalimat dan isinya sudah dapat kita pahami. Dalam kalimat majemuk bertingkat,
klausa utama berfungsi sebagai inti kalimat.
2.
Klausa bawahan adalah klausa yang belum lengkap isinya
sehingga klausa itu tidak dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat majemuk
bertingkat atau campuran, klausa ini berkedudukan sebagai perluasan salah satu
fungsi kalimat (fungsi: subjek, objek, pelengkap atau keterangan). Klausa
bawahan (subordinatif) yang menjadi bagian klausa lain juga disebut klausa sematan.
Terdapat dua cara untuk menghubungkan klausa dalam
kalimat majemuk, yaitu
hubungan koordinasi dan subkoordinasi. Hubungan
koordinasi menghubungkan dua
klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai
kedudukan yang sama dalam
kalimat, sedangkan hubungan subordinasi menghubungkan
dua klausa yang tidak
mempunyai kedudukan yang sama dalam kalimat. Konjugasi
seperti dan, atau, dan
tetapi menghubungkan klausa koordinatif dan konjugasi
seperti bahwa, sesudah dan
kalau menghubungkan klausa subkoordinatif. Bagan 1 – 2
berikut menyajikan bagan klausa utama dan klausa subordinatif dan bagan 3-5
menampilkan contoh kalimat majemuk yang terdiri dari klausa uatama dan klausa
sematan serta pola hubungannya.
B.
Membaca kalimat aktif dan pasif
Kalimat aktif adalah kalimat yang
predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Ciri penting yang menandai kalimat
aktif, predikat kalimat itu berupa kata kerja yang berawalan me(N)- dan
ber-. Namun demikian, tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak
disertai kedua imbuhan tersebut, misalnya yang terjadi pada kata makan dan
minum.
(1) Bu Lurah sedang asyik makan
tape.
(2) Supaya sistem pencernaan kita
sehat, setiap pagi kita perlu minum air putih.
(3)
Saya akan pergi sekarang juga.
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya
dikenai pekerjaan. Kalima aktif, antara lain, ditandai oleh predikatnya yang
berawalan di- atau ter-.
Contoh:
(1) Pameran itu akan dibuka oleh
Pak Bupati.
(2) Ali terkejut mendengar
kematian sahabatnya.
(3)
Soal-soal itu sedang mereka kerjakan.
Contoh lainnya
adalah:
1.
Pak Iman, Bu Nani, dan Abi mendukung kegemaran Ina.
S P O
2.
Ina menelepon Mayang.
S P O
Kedua
kalimat tersebut dinamaka kalimat aktif. Kalimat aktif ditandai dengan predikat
yang berupa kata kerja berawalan me-.
Predikat kalimat nomor 1 adalah mendukung.
Kata kerja ini erasal dari awalan me- dan
kata dasar dukung. Selanjutnya, pediat kalimat nomor 2 adalah menelepon yang berasal dari awalan me- dan kata dasar telepon.
Kalimat
aktif dapat di ubah menjadi kalimat pasif. Caranya, objek pada kalimat aktif di
ubah menjadi subjek pada kalimat pasif.
Kata
kerja berawalan me- di ubah menjadi
kata kerja berawalan di-. Kemudian
kata oleh bisa digunakan, bisa tidak
digunakan.
1.
Kegemaran Ina didukung (oleh) Pak Iman, Bu Nani, dan Abi.
S P O
2.
Mayang ditelepon Ina.
S P O
Ada
beberapa macam kalimat pasif,yaitu (1) kalimat pasif yang berasal dari kalimat
aktif, (2) kalimat pasif yang menggunakan imbuhan ter-,dan (3) kalimat pasif
yang menggunakan imbuhan ke –an.
(1)
Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif
Ada
dua cara mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif.
Cara
1
1.
pindahkan objek pada kalimat aktif menjadi subjek pada kalimat pasif.
2.
ganti imbuhan me- pada predikat kalimat aktif menjadi imbuhan di- pada predikat
kalimat pasif,
3.
tambahkan kata oleh sesudah predikat
kalimat pasif. Kata oleh ini bersifat
manasuka, artinya boleh di pakai, boleh juga tidak.
Cara
2
1.
hilangkan imbuhan me- pada predikat kalimat aktif.
2.
letakan subjek sebelum predikat.
Contoh
Kalimat aktif
|
Kalimat pasif
|
|
Cara 1
|
Cara 2
|
|
Yunita menyapu lantai itu.
|
Lantai itu disapu yunita.
|
Lantai itu yunita sapu
|
Amir melempari mangga
tetangga.
|
Mangga tetangga dilempari
(oleh) amir.
|
Mangga tetangga amir
lempari.
|
Pak Kawasaki memperpanjang
visanya.
|
Visanya diperpanjang
(oleh) pak Kawasaki.
|
Visanya dia perpanjang.
|
Para pahlawan
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
|
Kemerdekaaan Indonesia
diperjuangkan (oleh) para pahlawan
|
Kemerdekaan Indonesia
mereka perjuangkan.
|
Ujang memperbaiki mobil
itu.
|
Mobil itu diperbaiki
(oleh) ujang.
|
Mobil itu dia perbaiki.
|
(2)
kalimat pasif menggunakan imbuhan ter-
Subjek
|
Predikat
|
pelengkap
|
Soto ayam bangkong
|
terkenal
|
Di mana-mana
|
Dia
|
Terlambat
|
Ke sekolah
|
Copet itu
|
Tertangkap
|
Polisi
|
Susi
|
Tertawa
|
---
|
Buku saya
|
terbawa
|
olehnya
|
(3)
kalimat pasif menggunakan imbuhan ke-an
Subjek
|
Predikat
|
Pelengkap
|
Bukunya
|
Ketinggalan
|
Di rumah teman
|
Saya
|
Kehujanan
|
Kemarin
|
Kartika
|
Kecopetan
|
Di kereta
|
Udin
|
Kehilangan
|
Dompetnya
|
Saya
|
Kehabisan
|
Uang
|
Contoh :
Pola Kalimat
|
||||
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Keterangan
|
|
Kalimat Aktif
|
Sundari
|
Menghias
|
rumah
|
dengan lampion
|
Kalimat Pasif
|
Rumah
|
dihias
|
Sundari
|
dengan lampion
|
Pola Kalimat
|
||||
Subjek
|
Predikat
|
Objek
|
Keterangan
|
|
Kalimat Aktif
|
Adikku
|
Memegang
|
bunga
|
|
Kalimat Pasif
|
Bunga
|
dipegang
|
adikku
|
C.
Membaca pola kalimat
1.
Pengertian pola kalimat
Pola kalimat ialah pola yang terdiri dari unsur-unsur jabatan
kalimat untuk membentuk sebuah kalimat. Jabatan kalimat itu meliputi subjek
(pokok kalimat), predikat (sebutan), objek (pelengkap), dan keterangan.
Jabatan-jabatan kalimat itu bila kita rangkaikan akan membentuk sebuah kalimat.
Berdasarkan pola
dasarnya, Badudu (1990: 32) mengungkapkan pola (1) S-P, (2) S-P-O, (3) S-P-Pel,
(4) S-P-K, (5) S-P-O-Pel, (6) S-P-O-Pel-K, (7) S-P-O-K, dan (8) S-P-Pel-K.
Kedelapan pola dasar itu, dapat diturunkan menjadi varian yang tak terbatas
sebagaimana dari 26 huruf latin diturunkan menjadi kata tertulis bahasa
Indonesia yang tak terbatas.
Contoh kalimat berdasarkan pola dasar Badudu (1990: 32) ialah
sebagai berikut.
No
|
Pola
|
Contoh Kalimat
|
1
|
S-P
|
Dudi berenang.
Ia menangis.
Harimau binatang buas.
|
2
|
S-P-O
|
Libi minum susu.
Binatang itu memanjat pohon.
|
3
|
S-P-Pel
|
Ia menangis tersedu-sedu.
Adik bermain bola.
|
4
|
S-P-K
|
Cincin itu terbuat dari emas.
Bapak pergi ke kantor.
|
5
|
S-P-O-Pel
|
Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan.
Mereka menamai anak itu Sarah.
|
6
|
S-P-O-Pel-K
|
Ibu membuatkan kami nasi goring setiap pagi
Ia mengirimi ibunya uang setiap
bulan.
|
7
|
S-P-O-K
|
Libi minum susu setiap pagi.
Binatang itu memanjat pohon untuk
tidur.
|
8
|
S-P-Pel-K
|
Ia menangis tersedu-sedu ketika mendengar berita itu.
Adik bermain bola di lapangan.
|
- Dudi berenang
S P
- Libi minum susu
S P
O
- Ia menangis tersedu-sedu
S P
Pel
- Cincin itu terbuat dari emas
S
P K
- Saya sedang mencarikan adik saya pekerjaan
S
P O Pel
- Ia mengirimi ibunya uang setiap bulan
S P
O Pel K
- Libi minum susu setiap pagi
S P O K
- Adik bermain bola di lapangan
S P Pel K
2.
Jabatan Kalimat
Dalam kalimat terdapat unsur-unsur yang berjabatan
sebagai subjek,predikat,objek,dan keterangan. kalimat itu sendiri
sekurang-kurangnya harus memiliki unsur subjek atau pokok kalimat dan predikat
atau sebutan. Jika kalimat itu tidak mempunyai subjek atau predikat, kalimat
itu dinyatakan sebagai kalimat tidak sempurna atau kalimat elips.
- Subjek
1)
Pengertian subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang berfungsi sebagai
poko persoalan di dalam kalimat itu. Subjek disebutjuga pokok kalimat.
2)
Ciri-ciri subjek
Subjek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a)
Subjek terdiri dari kata
benda atau kata ganti.
Misalnya: ahmad sedang
berlibur.
Kebersihan
perlu mendapat perhatian.
b)
Subjek biasanya diikuti oleh kata itu.
Misalnya: belajar
itu penting.
Rumah
itu terbakar.
c)
Subjek biasanya diikuti oleh pun.
Misalnya: aku pun
akan membantumu.
Mereka
pun berangkat.
d)
Subjek merupakan bagian yang menjadi pokok pembicaraan.
Misalnya: pembangunan
berjalan lancer.
Keamanan
perlu ditingkatkan.
b. Predikat
1) Pengertian
Predikat
Predikat adalah bagian yang berfungsi
menerangkan subjek. Predikat disebut juga sebutan.
Predikat ini dapat berjenis kata kerja dan dapat pula bukan kata kerja. Kalimat
yang predikatnya kata kerja disebut kalimat
verbal. Sedangkan kalimat yang predikatnya bukan kata kerja disebut kalimat nominal.
2) Macam-macam
Predikat
Atas dasar jenis kata yang menjadi predikat
itu, kita mengenal adanya predikat verbal
dan predikat nominal.
a) Predikat
Verbal
(1) Pengertian
Predikat Verbal
Predikat verbal adalah predikat yang dibentuk dengan kata kerja.
(2) Ciri-ciri
Predikat
Verbal
Predikat verbal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(a) Predikat
verbal terdiri dari kata kerja.
Misalnya : Adi menyiram bunga
(b) Predikat
menunjukkan suatu perbuatan
Misalnya : Ani membersihkan
pekarangan
b) Predikat
Nominal
(1) Pengertian
Predikat Nominal
Predikat nominal adalah predikat yang dibentuk dengan kata selain kata
kerja, yaitu kata benda, kata ganti, atau kata sifat.
(2) Ciri-ciri
Predikat Nominal
Predikat Nominal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut
(a) Predikat
Nominal merupakan bagianyang dapat didahului oleh kopula
(kata kerja bantu), seperti yaitu, ialah, adalah dan menjadi.
(kata kerja bantu), seperti yaitu, ialah, adalah dan menjadi.
(b) Predikat Nominal merupakan bagian yang menyatakan keadaan.
Misalnya : Gunung itu sangat tinggi
(c) Predikat
nominal merupakan aspek penanya
Misalnya
: Siapa yang akan ikut?
c. Objek
1)
Pengertian Objek
Objek ialah bagian yang melengkapi dan memberi
penjelasan predikat. Oleh karena itu, objek disebut juga pelengkap.
2)
Ciri-ciri Objek
a)
Objek terdiri dari kata
benda atau kata ganti.
Misalnya: Polisi menangkap penjahat.
Kakak sedang menyampuli buku.
b)
Objek terletak dibelakang atau mengikuti predikat yang
berlawanan me- atau di-.
Misalnya: Kita ikut
membangun jalan itu.
Oki mengganggu adiknya.
c)
Objek dapat digeser menjadi subjek dalam kalimat pasif.
Misalnya: Rudi mengambil bola (aktif).
Bola diambil
Rudi (pasif).
d. Keterangan
1)
Pengertian Keterangan
Keterangan
adalah suatu kata atau kelompok kata yang menduduki suatu fungsi tertentu,
yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata keterangan, yang
masing-masing menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam kalimat.
2)
Macam-macam keterangan dan ciri-cirinya
a)
Keterangan subjek
Ciri-cirinya :
(1) Keterangan subjek terletak dibelakang
subjek.
Misalnya: Presiden Republik Indonesia, Soeharto, meresmikan jalan itu.
(2) Keterangan subjek dapat
didahului oleh yang.
Misalnya:
Buku yang baik ini milik temanku.
(3) Keterangan subjek dapat memberi penjelasan subjek
dan dapat
menggantikan
subjek apalagi subjeknya tidak ada.
Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
b)
Keterangan Objek
Ciri-cirinya
Keterangan objek mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut.
(1) Keterangan objek
terletak dibelakang objek.
Misalnya: Kami menyambut kedatangan Gubernur DKI
Jakarta, Soeprapto, hari ini.
(2) Keterangn objek dapat
didahului oleh kata yang.
Misalnya:
Saya belum mengenal orang yang dating bersamamu
itu.
(3) Keterangan objek memberika penjelasan objek dan
dapat
menggantikan fungsi objek.
Misalnya:
Kami melihat Komar, sang pelawak itu.
c)
Keterangan Syarat
Ciri-cirinya
Keterangan syarat didahului
oleh kata jika, jikalau, kalau, dan apabila.
Misalnya: Poho-pohon akan
kering jika kekurangan air.
d)
Keterangan Sebab
Ciri-cirinya
Keterangan sebab didahului
oleh kata sebab dan karena.
Misalnya: Kuda itu akhirnya
mati sebab keracunan.
e)
Keterangan Tempat
Ciri-cirinya
Keterangan tempat didahului
oleh kata di, ke, dari, atau kata yang
menunjukan tempat.
Misalnya: Ibu berbelanja di took serba ada.
f)
Keterangan Tujuan
Ciri-cirinya
Keterangan tujuan didahului
oleh kata agar, untuk, supaya, hendak,
guna, buat, atau kepada.
Misalnya: Saya harus rajin
belajar agar naik kelas.
g)
Keterangan Waktu
Ciri-cirinya
Keterangan waktu didahului oleh kata waktu, ketika, tatkala, sejak, atau kata
menunjukan pengertian waktu.
Misalnya: Ayah pulang ketika aku sedang tidur.
h)
Keterangan Alat
Ciri-cirinya
Keterangan alat didahului
oleh dengan yang diikuti oleh kata benda yang
menunjukan alat.
Misalnya: Pak Vino
menggambar dengan cat air.
i)
Keterangan Keadaan
Ciri-cirinya
Keterangan keadaan didahuli oleh kata dengan yang diikuti oleh kata keadaan, atau menggunakan kata yang menunjukan keadaan atau cara.
Misalnya: Petani menerima
hadiah dengan penuh haru.
BAB IV
Penutup
A.
Kesimpulan
Kesimpulan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab-bab terdahulu, maka pada bagian ini akan dikemukakan beberapa pokok
sebagai berikut :
- Membaca adalah suatu proses pemahaman, membuat ingat, dan berpikir pada suatu hal yang dibacanya.
- Kalimat adalah satuan bahasa yang diwujudkan secara lisan maupun tulisan, mengungkapkan suatu pikiran yang mengandung maksud.
- Frase adalah kelompok kata (satuan gramatikal) yang tidak melebihi batas fungsi kalimat.
- Klausa, seperti frase, merupakan kelompok kata. Akan tetapi, klausa merupakan kelompok kata yang memiliki konstruksi sintaksis yang mengandung unsur subjek dan predikasi, sedangkan frase tidak.
- Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan.
- Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan.
- Pola kalimat adalah pola yang terdiri dari unsur-unsur jabatan kalimat untuk membentuk sebuah kalimat.
B.
Saran
Melalui
kesempatan ini ada beberapa saran yang akan kami sampaikan, saran tersebut
sebagai berikut:
1.
Sebagai mahasiswa, kita harus bisa memahami cara
membaca dengan baik dan benar.
2.
Sebagai calon guru, kita harus bisa memahami apa
saja yang membedakan antara frasa dan klausa, kalimat aktif dan pasif, serta
menjelaskan pola-pola kalimat.
Daftar Pustaka
Bambang
Tjiptadi.1988.Tata Bahasa Indonesia.Yudhistira:
Jakarta
Hasan Alwi,dkk.2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi
ketiga.Balai Pustaka: Jakarta.
J.J.de
Hollander.1984.Pedoman Bahasa dan Sastra
Melayu.Balai Pustaka.Jakarta
N.F. Alieva et
al.1991.Bahasa Indonesia deskripsi dan
teori.Kanisius.Yogyakarta
R.M.H.E. Harimurti.1988.Beberapa Prinsip Perpaduan Leksem dalam
Bahasa Indonesia.Kanisius:Yogyakarta
Tim BIPA Pusat Bahasa.2008.Lentera Indonesia 2 Penerang untuk Memahami
Masyarakat dan Budaya Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar