Subscribe:

Rabu, 29 Juni 2011

Jam Tua


Pukul 11.50 pm

Tik tok tik tok…
Denting jam seperti hendak keluar. Dentingnya sudah terlalu nyaring untuk didengar ataukah umurnya yang sudah hampir seabad. Aku memperhatikan dari balik tangga, takut ada seseorang yang akan mengganggu ritual tiap malamku. Mendengar bunyi detik –detik menuju pukul dua belas malam.
“ayolah, tidak biasanya kamu selamban ini kawan!” seruku tak sabar. Tiba-tiba aku dikejutkan oleh seseorang yang tak pernah ku duga. “ Jane! Apa yang kau lakukan disini. Sudah malam nak dan udara disini terlalu dingin untukmu yang hanya memakai sebuah piama tidur” kata ayah seraya memakaikan sebuah piama yang dibawanya setelah mengamati kegiatan jane. Untuk kesekian kalinya setelah mengamati sekitar 2 minggu, akhirnya ia memutuskan untuk menegur jane.” Ayah. Bisakah kau meninggalkanku sebentar saja.tolonglah” aku memohon dengan sangat. “Tapi berjanjilah kau akan segera ke kamarmu setelah apa yang kau lakukan ini” kemudian ayah berjalan kembali ke kamarnya.
Setelah semua kembali tenang, akupun melanjutkan kembali kegiatanku yang tertunda oleh gangguan ayah. Baiklah , tinggal 5 detik lagi. “lima,empat,tiga,dua,….” Akupun menghentikan hitunganku karena tiba-tiba jarum detik itu berhenti bergerak. Akupun  menitikan air mataku. Menangis dan hanya menangis. “ oh Tuhan, apa ini saatnya teman ku yang satu ini juga Kau ambil? “ . Akupun hanya bias terduduk lemas malihat sang Jam Tua yang sudah menemaninya kala itu. Ketika belajar merangkak, berjalan, hingga berlari. Dia adlah saksi bisu perjalananku hingga kini aku berusia 17 tahun.
                Setiap malam aku termenung menunggu pukul 12 malam, karena ada sesuatu yang hilang dalam hidupku dan aku tak tau apa itu. Karena itulah aku melihat detik jam tua itu untuk mengingatkan aku kembali pada memori yang hilang itu. Tapi kini sudah tidak ada jalan lagi untuk mengetahuinya. Kemudian akupu kembali ke kamar dengan harapan yang hampa. Di dalam kamar lain, seseorang mengamati dari jauh,terdiam hingga akhirnya ia pun menitikan air mata yang telah lama menghilang.
                Keesokan harinya seperti tak pernah terjadi apa-apa. Ayah menyiapkan sarapan ku tanpa berkata apapun. Saat itu aku benar-benar tidak berselera makan sama sekali. “ jane.apa kamu sakit? Wajahmu sangat pucat?” kata ayah cemas. “ aku tidak apa-apa ayah” seraya tersenyum walau sedikit terpaksa. Ayah tau itu, Jane tersenyum agar ia tak khawatir. Kemudian aku mengambil sehelai roti dengan selai coklat yang telah ayah siapkan seraya berjalan keluar pergi ke sekolah. Di sekolah pun aku tak merasa senang.
                Waktu malam telah tiba. Ayah dan aku makan malam bersama sambil membicarakan kegiatan ku di sekolah pada hari itu. Sampai saat ini pun aku masih tak berselera makan. Ayah terlihat sangat cemas dengan keadaanku pada malam itu. Setelah makan malam akupun langsung berpamitan pada ayah dan pergi ke kamarku. Kubuka jendela kamar untuk melihat benda-benda langit yang indah. Aku pun terlelap tanpa sadar dengan posisi melihat bintang-bintang. Tiba – tiba aku terbangun entah oleh sesuatu,ketika ku lihat langit ada sesuatu yang kulihat secara samar-samar.
”apa itu ? seperti sebuah jam tua?”kataku, kemudian aku tersadar oleh sesuatu.“ Ah. Jam itu sudah mati. Tak ada gunanya lagi” umpatku seraya kembali berbaring di kasur. Didalam mimpi aku melihat jam tua yang berdetak, kemudian akupun sadar dari mimpiku dan segera berlari menuju ruangan tempat sang jam tua itu berada. Betapa terkejutnya, aku mendapati jam itu kembali berdetak. Seketika itupun aku segera duduk untuk menunggu detik-detik sebelum jam 12. “lima,empat,tiga,dua,satu” akupun memejamkan mataku dan merasa seperti terbang ke sebuah tempat yang tidak asing baginya. Ada seorang anak perempuan yang sangat cantik sedang belajar berjalan. Disampingnya ada seorang wanita cantik yang senantiasa menuntun si gadis itu berjalan, ketika sang gadis kecil terjatuh wanita tersebut segera memeluknya seraya berkata “sayang, tidak apa-apa” seketika itupun gadis kecil berhenti menangis. Akupun membuka mataku,kembali kedunia nyata. Akupun menitikan air mata seraya berkata ‘”kamu siapa?”.Tiba-tiba ada suara dari atas “dia adalah ibumu. Orang yang melahirkanmu,marawatmu,membesarkanmu sayang” ayah pun berjalan mendekatiku. “ Tapi kini dia sudah tiada. Maafkan ayah yang tak pernah memberitahukanmu. Ayah takut kamu terlalu sedih karna kehilanganya nak” . tangiskupun makin kencang seraya memeluk ayah yang duduk disampingku.
Kejadian itu terjadi ketika umur ku yang ke 3 tahun. Kami barencana pergi tamasya. Hari itu sangat cerah, burung-burung berkicau dan matahari terasa hangat menerpa tubuh kami. Tapi itu semua tak menghalangi kami sedikitpun. Ketika tempat yang kami tuju sudah dekat, tiba-tiba ada sebuah tronton menghantam mobil kami. Mobilpun terseret sekitar 10 m dari tempat kejadian. Pada saat itu ibu mendekapku dengan erat agar aku tak terluka sedikitpun, tapi ia tak memperdulikan keselamatannya. Pada saat itu juga ayah ingin melindungi ibu, tapi terlambat. Akhirnya ibu tewas dalam kecelakaan itu, ayah mengalami patah tulang, dan aku mengalami gegar otak  dan akhirnya melupakan semua kenangan manis bersama ibu. Ibu aku akan selalu mengenangmu dimanapun dan kapanpun selamanya.


Dedicated to all mother,especially my mother. I LOVE YOU
Yuri

Rabu, 08 Juni 2011

Hidup

hidup itu..
perlu memilih, untuk nenunjukkan kesiapan kita
kesiapan menjalani hidup
terkadang sering..
kita tersandung oleh batu kerikil
terjatuh, terluka, mengerang kesakitan
kemusia bangkit kembali
tapi ada kalanya
kita tidak ingat untuk bangkit kembali
hanya tersungkur
atau terlena dengan apa yang ada di depan kita
atau takut untuk bangkit kembali
terlalu takut menghadapi resiko di depan,

Ahh..
rasanya ..kawan!!
sungguh..
aku mulai lemah, tak berdaya..
jangan kau ajak aku lagi kawan...