BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengajaran bahasa Indonesia bertujuan memberikan
pengetahuan kebahasaan agar murid mampu menguasai bahasa Indonesia
sebaik-baiknya. Untuk mencapai tujuan ini maka, pada dasarnya ada empat
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh murid secara baik dan benar
sebagaimana tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu
keterampilan menyimak (listening skill) keterampilan berbicara (speaking
skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis
(writing skill).
Dari keempat keterampilan berbahasa (language skill)
yang dikemukakan di atas, hanya keterampilan menyimak yang akan menjadi
perhatian dalam makalah ini karena pada umumnya pengetahuan diperoleh melalui
keterampilan menyimak. Setiap orang mendengar berita-berita melalui media massa
maupun informasi melalui tatap muka, saat itu telah berlangsung pula kegiatan
menyimak. Oleh karena itu, pengajaran menyimak mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses pembelajaran di sekolah dasar sebab kemampuan menyimak
yang baik adalah kondisi awal untuk menghasilkan prestasi belajar yang baik.
Berbagai pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran
bahasa Indonesia mengindikasikan bahwa kemampuan menyimak murid sekolah dasar
belum optimal. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian Muhaimin (2006)
yang dicapai murid dalam proses-belajar mengajar di mana murid yang terlibat
dalam kegiatan, yang mampu menyimak secara baik dan benar mempunyai persentase
yang masih rendah. Indikasi ini menandakan masih rendahnya kemampuan menyimak
murid tersebut terlihat pula hasil yang diperoleh dalam ulangan semester
misalnya. Daya serap murid pada semua mata pelajaran dari seluruh murid dalam
suatu kelas masih banyak nilai di bawah nilai standar 7,5. Ini berarti penguasaan
murid terhadap mata pelajaran juga masih rendah.
Setelah ditelusuri lebih jauh, hal tersebut di atas
ternyata (salah satu) disebabkan oleh kurangnya kemampuan murid menyimak materi
pelajaran. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada kesenjangan antara hasil
pengajaran menyimak dengan target ideal, yaitu tercapainya kemampuan optimal
murid dalam menyimak.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan menyimak?
2.
Apa tujuan menyimak?
3.
Apa saja jenis menyimak?
4.
Apa saja tahap-tahap menyimak?
5.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan menyimak?
6.
Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan siswa menyimak
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar?
C. Tujuan
1.
Mahasiswa dapat mengetahui pengertian menyimak
2.
Mahasiswa dapat mengetahui tujuan menyimak
3.
Mahasiswa dapat menyebutkan jenis-jenis menyimak
4.
Mahasiswa dapat memahami tahap-tahap menyimak
5.
Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan siswa menyimak
di Sekolah Dasar
6.
Mahasiswa dapat memahami upaya meningkatkan
kemampuan siswa menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
D. Manfaat
Berdasarkan uraian diatas, maka makalah ini bermanfaat agar
kita dapat mengetahui
dan memahami pengetahuan tentang menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya di Sekolah Dasar.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Menyimak
Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan
mendengarkan. Namun, kalau kita pelajari lebih jauh, ketiga kata itu terdapat
perbedaan pengertian. Mendengar didefinisikan sebagai suatu proses penerimaan
bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna dan pesan bunyi
itu. Sedangkan menyimak adalah proses mendengar dengan pemahaman dan perhatian
terhadap makna dan pesan bunyi itu. Jadi, di dalam proses menyimak sudah termasuk
mendengar, sebaliknya mendengar belum tentu menyimak. Di dalam bahasa Inggris
terdapat istilah “listening comprehension” untuk menyimak dan “to
hear” untuk mendengar.
Menurut Sutari, (1998: 16) menyimpulkan bahwa mendengar
mempunyai makna, dapat menangkap suara (bunyi) dengan telinga, sadar atau
tidak. Kalau ada bunyi, alat pendengaran kita akan menangkap bunyi tersebut’.
Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan, tetapi datang secara kebetulan,
mungkin juga tidak.
Menurut Poerwadarminta (1984: 941) “Menyimak adalah
mendengar atau memerhatikan baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang”.
Menyimak merupakan proses pendengaran, mengenal dan
menginterprestasikan lambang-lambang lisan, sedangkan mendengar adalah suatu
proses penerimaan bunyi yang datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna
itu.
Dengan kata lain menurut Tarigan (1993: 19): “Dalam
proses menyimak juga terdapat proses mendengar, tetapi tidak selalu terdapat
proses menyimak di dalam suatu proses mendengar.”
Kalau keterampilan menyimak dikaitkan dengan keterampilan
berbahasa yang lain, seperti keterampilan membaca, maka kedua keterampilan
berbahasa ini berhubungan erat, karena keduanya merupakan alat untuk menerima
komunikasi. Perbedaannya terletak dalam hal jenis komunikasi. Menyimak berhubungan
dengan komunikasi lisan, sedangkan membaca berhubungan dengan komunikasi tulis.
Dalam hal tujuan, keduanya mengandung persamaan, yaitu memperoleh informasi,
menangkap isi, memahami makna komunikasi.
Menurut Tarigan (1993: 20) mengemukakan pengertian
menyimak sebagai berikut: menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, argumentasi, serta
interprestasi untuk memperoleh informasi, menangkap serta, memahami makna
komunikasi yang disampaikan si pembicara melalui ucapan atau bahasa lisan.Dari
uraian di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan bahwa menyimak adalah
mendengarkan serta memerhatikan baik-baik apa yang dibaca atau diucapkan oleh
si pembicara serta menangkap dan memahami isi dan makna komunikasi yang
tersirat di dalamnya. Dalam hal mendengarkan atau memerhatikan orang membaca
atau orang yang bercakap, penyimak menerima keterangan melalui rangkaian bunyi
bahasa dengan susunan nada dan tekanan suara orang yang membaca atau bercakap. Jika
pembicara dan pembaca dapat melihat, maka penyimak akan dapat melihat gerak
muka dan gerak tangan pembicara seperti, bibir, mimik, dan sebagainya. Jika
penyimak menyimak lewat media bantu seperti tape recorder, maka si penyimak
hanya dapat menyimak bunyi bahasa yang disampaikan oleh si pembicara. Dengan
demikian, mendengar, mendengarkan, dan menyimak memiliki makna yang berbeda.
Dalam mendengar, yang terlibat hanya fisik dan tidak ada unsur kesengajaan.
Dalam menyimak, unsur mental terlibat lebih tinggi daripada mendengarkan.
Telah dikemukakan
di atas, bahwa dalam menyimak kegiatan mental lebih aktif daripada mendengar.
Dalam menyimak, terdapat proses mental mulai dari proses mengidentifikasikan
bunyi, proses menyusun pemahaman dan penafsiran, proses penggunaan hasil
pemahaman sampai penafsiran.
Proses
mengidentifikasian bunyi merupakan suatu proses penerimaan bunyi yang
datang dari luar tanpa banyak memerhatikan makna bunyi tersebut. Dalam
proses ini barulah pada fase-fase mendengar.
Proses penyusunan
pemahaman dan penafsiran menunjuk kepada cara pendengar menyusun suatu
penafsiran sebuah kalimat dari si pembicara, mulai dari identifikasi
bentuk-bentuk bunyi sampai kepada pembentukan sebuah penafsiran yang sama
dengan yang dimaksudkan oleh si pembicara tadi.
Proses penggunaan
menunjuk kepada upaya pendengar untuk menggunakan hasil penafsiran untuk tujuan
selanjutnya, misalnya, mengakomodasi informasi, menjawab pertanyaan, menurut
perintah, menanamkan harapan.
Selain proses
tersebut di atas, Sutari (1998: 20) mengemukakan bahwa:
Pada dasarnya menyimak itu
merupakan suatu proses kejiwaan mulai dari proses pengenalan bunyi yang
didengarnya dengan penuh perhatian melalui alat pendengar. Kemudian, menyusun
penafsiran yang penuh dengan pergaulan aktif antara terka, perkiraan,
idealisasi, dibarengi dengan interprestasi dan apresiasi untuk menangkap
informasi, ide, dan pesan. Selanjutnya, diteruskan dengan proses penyimpanan
dan menghubungkan hasil penafsiran untuk memperoleh pemahaman komunikasi yang
diantarkan lewat bahasa lisan.
Selanjutnya Achsin
dan Djirong (1985: 17) menambahkan: “Proses menyimpan atau mengingat sebagai
bagian dari suatu proses menyimak.” Pada uraian terdahulu telah
dijelaskan bahwa menyimak bukan hanya mendengarkan. Mendengar hanya taraf penerimaan
bunyi tanpa memerhatikan makna yang terkandung dalam bunyi itu. Dalam kegiatan
menyimak setelah proses penerimaan bunyi terjadi aktivitas mental dalam
berbagai tingkat yaitu proses pembentukan pemahaman, proses pemanfaatan, dan
proses penyimpanan dalam ingatan jangka panjang. Pesan atau informasi yang
tersimpan dalam ingatan tersebut pada saat diperlukan dapat muncul
kembali dipermukaan dalam bentuk kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Kegiatan menyimak
merupakan kegiatan berbahasa yang cukup kompleks karena melibatkan berbagai
proses menyimak dalam saat yang sama. Pada saat menyimak mendengar bunyi
berbahasa, pada saat itu pula mentalnya aktif bekerja mencoba memahami,
menafsirkan apa yang disampaikan pembicara, dan pada saat itu ia harus menerima
respons. Pada dasarnya respons yang diberikan itu akan terjadi setelah
terjadinya integrasi antara pesan yang didengar dengan latar belakang
pengetahuan dan pengalaman penyimak. Respon itu bisa sama dengan yang
dikehendaki pembicara dan bisa pula tidak sama.
Mengingat proses
menyimak itu ternyata muncul dalam waktu yang hampir bersamaan, maka dapat
dipastikan bahwa urutan-urutan proses itu bekerja dengan cepat. Kalau
perjalanan proses itu mendapat gangguan di tengah jalan, dengan sendirinya
kegiatan menyimak tidak berlangsung sempurna, dan pemahaman pun tidak tercapai. Ini berarti penyimak tidak dapat
melakukan respons. Terlambat berarti gagal menyimak. Mungkin hanya sampai tingkat
mendengar atau mendengarkan.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak itu adalah suatu rentetan proses,
mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan
hasil penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan
hasil penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.
2.
Tujuan Menyimak
1.
Menyimak untuk belajar dimana orang tersebut bertujan
agar ia dapat memeperoleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara
2.
Menyimak untuk menikmati dimana orang yang menyimak
dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari
materi yang diujarkan atau diperdengarkan atau dipagelarkan (teruatama sekali
dalam bidang seni)
3.
Menyimak untuk mengevaluasi dimana orang menyimak dengan
maksud agar ia dapat menilai apa-apa yang dia simak (baik-buruk, indah-jelek,
tepat-ngawur, logis-tidak logis, dan
lain-lain)
4.
Menyimak untuk mengapresiasi dimana orang yang menyimak
dapat menikmati seta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya:
pembacaan berita, puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan pendebatan)
5.
Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide dimana orang
yang menyimak bermaksud agar ia dapat menkomunikasikan ide-ide,
gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar
dan tepat.
6.
Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dimana orang yang
menyimak bermaksud agar dia dapat membedakan
bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedaskan arti (distingtif),
mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat pada seseorang
yang sedang belajar bahasa asing yang asik
mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker)
7.
Menyimak untuk memecahkan masalah dimana orang yang
menyimak bermaksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang
pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.
8.
Menyimak untuk meyakinkan dimana orang yang menyimak
untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah
atau pendapat yang selama ini dia ragukan.
3.
Jenis Menyimak
Adapun jenis-jenis
menyimak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia (Sutari, 1998: 47) adalah sebagai
berikut:
a. Menyimak ekstensif (extensive listening)
b. Menyimak intensif (intensive listening)
c. Menyimak sosial (social listening)
d. Menyimak sekunder (secondary listening)
e. Menyimak estetik (aesthetic listening)s
f. Menyimak kritis (critical listening)
g. Menyimak konsentratif (consentrative listening)
h. Menyimak introgatif (introgative litening)
i. Menyimak penyelidikan (exploratory listening)
j. Menyimak pasif (passive listening)
k. Menyimak selektif (selective
listening)
Untuk lebih jelasnya mengenai jenis-jenis menyimak
sebagai dikemukakan di atas, dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak
ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal
lebih umum dan lebih bebas terhadap sesuatu bahasa, tidak perlu di bawah
bimbingan langsung seorang guru.
Penggunaan
yang paling mendasar ialah untuk menyajikan kembali bahan yang telah diketahui
dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru. Sealain itu, dapat pula
murid dibiarkan mendengar butir-butir kosakata dan struktur-struktur yang baru
bagi murid yang terdapat dalam arus bahasa yang ada dalam kapasitasnya untuk
menanganinya.
Pada umumnya, sumber yang paling baik untuk menyimak ekstensif
adalah rekaman yang dibuat guru sendiri, misalnya rekaman yang bersumber dari
siaran radio, televisi, dan sebagainya.
b.
Menyimak
intensif (intensive listening)
Menyimak
intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi,
dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu
pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari
program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas
bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh
para murid.
c. Menyimak sosial (social listening)
Menyimak
sosial atau menyimak konversasional (conversational listening) ataupun
menyimak sopan (courtens listening) biasanya berlangsung dalam
situasi-situasi sosial tempat orang mengobrol mengenai hal-hal yang mrenarik
perhatian semua orang dan saling mendengarkan satu sama lain untuk membuat
respons-repons yang pantas, mengikuti detail-detail yang menarik, dan
memerhatikan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan
oleh seorang rekan.
Dengan
perkataan lain dapat dikemukakan bahwa menyimak sosial paling sedikit mencakup
dua hal, yaitu perkataan menyimak secara sopan santun dengan penuh perhatian
percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.
Dan kedua mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam
proses komunikasi tersebut.
d. Menyimak sekunder (secondary listening)
Menyimak
sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif
(casual listening dan extensive listening) misalnya, menyimak
pada musik yang mengirimi tarian-tarian rakyat terdengar secara sayup-sayup
sementara kita menulis surat pada teman di rumah atau menikmati musik sementara
ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti menulis, pekerjaan
tangan dengan tanah liat, membuat sketsa dan latihan menulis dengan tulisan
tangan.
e. Menyimak estetik (aesthetic listening)
Menyimak estetik yang juga disebut menyimak apresiatif (apreciational
listening) adalah fase terakhir dari kegiatan menyimak secara kebetulan dan
termasuk ke dalam menyimak ekstensif, mencakup dua hal yaitu pertama menyimak
musik, puisi, membaca bersama, atau drama yang terdengar pada radio atau
rekaman-rekaman. Kedua menikmati cerita-cerita, puisi, teka-teki, dan lakon-lakon
yang diceritakan oleh guru atau murid-murid.
f.
Menyimak
kritis (critical listening)
Menyimak
kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang di dalamnya sudah terlihat
kurangnya atau tiadanya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta
ketidaktelitian yang akan diamati. Murid-murid perlu banyak belajar
mendengarkan, menyimak secara kritis untuk memperoleh kebenaran.
g.
Menyimak
konsentratif (consentrative listening)
Menyimak
konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang
merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif
antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta menyimak
urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat.
h. Menyimak kreatif (Creative listening)
Menyimak
kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau
rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi,
visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang
disarankan oleh apa-apa didengarnya.
i. Menyimak introgatif (introgative litening)
Menyimak
introgatif adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak
konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si
penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Dalam
kegiatan menyimak interogatif ini si penyimak mempersempit serta mengarahkan
perhatiannya pada pemerolehan informasi atau mengenai jalur khusus.
j.
Menyimak
penyelidikan (exploratory listening)
Menyimak
penyelidikan adalah sejenis menyimak intensif dengan maksud dan yang agak lebih
singkat. Dalam kegiatan menyimak seperti ini si penyimak menyiagakan
perhatiannya untuk menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian dan informasi
tambahan mengenai suatu topik atau suatu pergunjingan yang menarik.
k. Menyimak pasif (passive listening)
Menyimak
pasif adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasa menandai
upaya-upaya kita saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghapal
luar kepala, berlatih serta menguasai sesuatu bahasa. Salah satu contoh
menyimak pasif adalah penduduk pribumi yang tidak bersekolah lancar berbahasa
asing. Hal ini dimungkinkan karena mereka hidup langsung di daerah bahasa
tersebut beberapa lama dan memberikan kesempatan yang cukup bagi otak mereka
menyimak bahasa itu.
j. Menyimak selektif (selective listening)
Menyimak selektif
berhubungan erat dengan menyimak pasif. Betapapun efektifnya menyimak pasif itu
tetapi biasanya tidak dianggap sebagai kegiatan yang memuaskan. Oleh karena itu
menyimak sangat dibutuhkan. Namun demikian, menyimak selektif hendaknya tidak
menggantikan menyimak pasif, tetapi justru melengkapinya. Penyimak harus
memanfaatkan kedua teknik tersebut. Dengan demikian, berarti mengimbangi
isolasi kultural kita dari masyarakat bahasa asing itu dan tendensi kita untuk
menginterpretasikan.
4. Tahap-Tahap
Menyimak
a.
Isolasi
: Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-aspek individual kata lisan dan
memisah-memisahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, fakta-fakta,
organisasi-organisasi khusus, begitu pula stimulus-stimulus lainnya.
b.
Identifikasi
: Sekali stimulus tertentu telah dapat
dikenal maka suatu makna, atau identifikasi pun diberikan kepada setiap
butir yang berdikari itu.
c.
Integrasi:
Kita mengintegrasikan atau menyatupadukan apa yang kita dengar informasi lain
yang telah kita simpan dan rekam dalam otak kita. Oleh karena itulah maka
pengetahuan umum sangat penting dalam tahap ini. Karena kalau proses menyimak
berlangsung, kita harus terlebih dahulu harus mempunyai beberapa latar belakang
atau pemahaman mengenai bidang pokok pesan tertentu. Kalau kita tidak memiliki
bahan penunjang yang dapat dipergunakan untuk mengintegrasikan informasi yang
baru itu, maka jelas kegiatan menyimak itu akan menemui kesulitan atau kendala.
d.
Inspeksi:
Pada tahap ini, informasi baru yang telah kita terima
dikontraskan dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah kita miliki
mengenai hal tersebut. Proses ini akan menjadi paling mudah berlangsung kalau
informasi baru justru menunjang prasangka atau atau prakonsepsi kita. Akan
tetapi, kalau informasi baru itu bertentangan dengan ide-ide kita sebelumnya
mengenai sesuatu, maka kita harus mencari serta memilih hal-hal mana dari
informasi itu yang lebih mendekati kebenaran.
e.
Interprestasi
Pada tahap ini, kita secara aktif mengevaluasi apa-apa
yang kita dengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Kita pun
mulailah menolak dan menyetujui, mengakui dan mempertimbangkan informasi
tersebut berikut sumber-sumbernya.
5.
Faktor
yang Mempengaruhi dalam Menyimak
a. Faktor
Fisik
Kondisi fisik dan lingkungan fisik
penyimak merupakan faktor yang penting dalam menentukan keefektifan serta
kualitas keaktifannya dalam menyimak.
b. Faktor
Psikologis
Faktor psikologis melibatkan sikap-sikap dan
sifat-sifat pribadi, yaitu faktor-faktor psikologis dalam menyimak.
Faktor-faktor ini antara lain mencakup masalah-masalah:
1)
Prasangka
dan
kurangnya simpati terhadap para pembicara dengan aneka sebab dan alas an
2)
Keegosentrisan
dan
keasyikan terhdap minat pribadi serta masalah pribadi serta masalah pribadi
3)
Kepicikan
yang
menyebabkan pandangan yang kurang luas
4)
Kebosanan
dan
kejenuhan yang menyebabkan tiadanya
perhatian sama sekali pada pokok pembicaraan
5) Sikap yang tidak layak terhadap
sekolah, terhadap guru, terhadap pokok pembicaraan, atau terhadap sang
pembicara.
Sebagian atau semua faktor tersebut diatas dapat
mempengaruhi kegiatan menyimak kearah yang merugikan yang tidak kita ingini,
dan hal ini mempunyai akibat yang buruk bagi sebagian atau seluruh kegiatan
belajar para siswa. Dalam hal-hal seperti inilah para guru harus menampilkan
fungsi bimbingan dan penyuluhan serta mencoba memperbaiki kondisi-kondisi yang
merugikan tersebut. Guru juga harus mempertinggi serta memperkuat sifat
ketanpaprasangkaan, kewajaran yang tidak berat sebelah, serta sifat yang tidak
mementingkan diri sendiri; dan mencoba untuk memberikanserta mengadakan suatu
latar belakang yang bersifat merangsang minat yang akan bertindak sebagai suatu
keadaan yang menguntungkan bagi menyimak responsif.
Sebaliknya faktor-faktor psikologis ini pun mungkin
pula sangat menguntungkan bagi kegiatan menyimak dengan penuh perhatian,
misalnya; pengalaman-pengalaman masa lalu yang sangat menyenangkan, yang telah
menentukan minat-minat dan pilihan-pilihan, kepandaian yang beranekaragam dan
lain- lainnya, kalau dihubungkan dengan suatu bidang diskusi jelas merupakan
pengaruh-pengaruh baik bagi kegiatan menyimak yang mengasyikan, yang memukau
dan menarik hati. Demikianlah, dapat kita ambil kesimpulan bahwa:
a. Faktor
psikologis yang positif memberi pengaruh yang baik
b.
Faktor psikologis yang negative memberi
pengaruh yang buruk terhadap kegiatan menyimak. Guru yang bijaksana akan
meningkatkan serta memanfaatkan faktor psikologis yang positif ini; dan
sebaliknya mengurangi serta mencegah timbulnya faktor psikologis yang negatif bagi penyimak.
c.
Faktor Pengalaman
Sikap yang terbentuk
pada diri seseorang merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan pengalaman diri
sendiri. Kurangnya atau tiadanya minat merupakan akibat dari pengalaman yang
kurang atau tidaknya minat merupakan akibat penglaman yang kurang atau tidak
ada sama sekali pengalaman dalam bidang yang akan disimak itu. Sikap-sikap yang
antagonistic, sikap-sikap yang menentang serta bermusuhan timbul dari
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan. Demikianlah, latar belakang
pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan menyimak. Kosa kata
simak juga turut mempengaruhi kualitas menyimak. Makna-makna yang dipancarkan
oleh kata-kata yang asing cenderung untuk mengurangi serta menyingkirkan
perhatian para siswa. Anak-anak tidak “mendengar” ide-ide yang berada di luar
jangkauan pengertian serta pemahaman mereka.
Kosa
kata simak cenderung berada atau ketinggalan jauh di belakang
kebutuhan-kebutuhan para siswa sebaik mereka mengalami kemajuan di sekolah
dasar. Pendek kata, kebutuhan jauh lebih banyak daripada kemajuan yang dicapai
di sekolah dasar dalam kosa kata simak. Begitu banyak istilah teknis dan
abstrak yang diperkenalakan dalam pengembangan kurikulum sehingga anak tetap
dipadati dengan pengertian kata-kata yang samar dan kurang lengkap yang mereka
dengar dipergunakan dalam pelajaran-pelajaran mereka. Seperti juga halnya
anak-anak membutuhkan latihan dan bimbingan dalampenguasaan suatu kosa kata
simak yang luas dan bermakna bagi mereka. Kalau tidak, maka tidak dapat
disangkal bahwa sebagian besar dari pengajaran lisan itu akan terbang melayang
begitu saja, tidak adal melekat dalam otak para siswa.
d.
Faktor Sikap
Setiap
orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok
pembicaraan yang dapat dia setujui dibandingkan pada yang kurang atau tidak
disetujuinya. Sikap ini adalah wajar dalam kehidupan ini. Kita memang cenderung
menyingkirkan atau menghilangkan hal-hal yang dapa membuat kita goyang, membuat
kita tidak seimbang atau yang justru membuat kita mempertanyakan posisi kita
sendiri pada suatu pokok tertentu.
Dengan
masalah di atas maka hendaknya bila para pembicara memperhatikan hal itu, antara
lain dengan cara memilih topik pembicaraan yang disenangi oleh para penyimak,
misalnya masalah yang sedang hangat diperbincangkan dalam media massa atau
dalam kehidupan sehari-sehari. Memahami sikap penyimak merupakan salah satu
modal penting bagi pembicara untuk menarik minat atau perhatian para penyimak.
Pada
dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama menganai segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang akam bersikap emnerima pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini member dampak pada
penyimak, masing-masing dampak positif dan
dampak negatif.
Sebagai
pendidik, tentunya para guruakan memilih dan menanamkan dampak positif kepada
anak didiknya dari segala bahan yang disajikanny, khususnya bahas simakan.
Menyajikan pelajaran dengan baik dengan materi yang menarik, ditambah lagi
dengan penampilan yang mengasyikan dan mengagumkan, jelas sangat menguntungkan
dan sekaligus juga membentuk sikap yang positif pada para siswa.
e.
Motivasi merupakan salah satu butir
penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu
maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula
halnya dengan menyimak.
Kebanyakan
kegiatan menyimak melibatkan system penilaian kita sendiri. Kalau kita dapat
memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan itu, maka kita pun akan
bersemangat menyimaknya dengan tekun dan seksama. “apa dan apa lagi yang dapat
saya petik dari ceramah sang pakar ini?” adalah pertanyaan yang wajar
dikemukakan oleh sang penyimak dalam hatinya. Pertanyaan serupa itu adalah
pertanyaan yang tepat dan sahih.
Kalau kita sebagai
penyimak tidak yakin bahwa kita akan memperoleh sesuatu yang berharga dan
berguna dari sutu penyimakan, maka akan sedikit sekali kemungkinan bahwa kita
akan mau, apalagi bergairah, menyimak pada sesuatu apabila kita sedang melamun,
mengantuk, atau tidur-tiduran.
Dorongan
dan tekad diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu dalam kehidupan ini.
Menerangkan pelajaran dengan baik dan jelas, mengutarakan apa maksud dan tujuan
yang hendak dicapai dan bagaimna cara mencapai tujuan itu, jelas merupakan
suatu bimbingan kepada para siswa utnuk menanamkan serta memperbesar motivasi
mereka untuk menyimak dengan tekun.
Motivasi
ini erat juga berkaitan dengan pribadi atai personalitas seseorang. Siapa diri
kita, juga turut mempengaruhi perilaku menyimak kita. Kalau kita yakin dan
percaya bahwa pribadi kita mempunyai sifat kooperatif, tanggang hati, dan
analitis, maka mungkin kita akan menjadi penyimak yang lebih baik dan unggul
daripada kalau piker bahwa diri kita malas, bersifat argumentatif, dan
egosentris.
f.
Faktor Jenis Kelamin
Dari
beberapa penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita
pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan
perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
Julian
Silverman, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya bersifat obyektif, aktif, keras hati, analitik,
rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusive 9bersifat
mengganggu), berdikari/ mandiri, sanggup mencukupi kebutuhan sendiri (swasembada),
dapat menguasai/ mengendalikan emosi, sedangkan gaya menyimak wanita
cenderung lebih subyektif, pasif,
ramah/simpatik, difusif (menyebar), sensitive, mudah dipengaruhi/gampang
terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional (Silverman, 1970;Webb,
1975:139)
g.
Faktor Lingkungan
Para
guru harus menyadari benar-benar betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap
keberhasilan menyimak, terhadap keberhasilan belajar para siswa pada umumnya;
baik menyangkut lingkungan fisik ruangan kelas, maupun yang berkaitan dengan
suasana sosial kelas.
h.
Faktor peranan dalam masyarakat
Kemauan
menyimak kita dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat.
Sebagai guru dan pendidik, maka kita ingin sekali menyimak ceramah, kuliah, atau
siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan
pengajaran di tanah air maupun luar negeri. Sebagai mahasiswa, maka kita
diharapkan dapat menyimak lebih saksama dan penuh perhatian dibandingkan jika
kita sebagai karyawan harian pada sebuah perusahaan.
Dengan
pengetahuan sekadarnya mengenai perbedaan gaya menyimak pria dan wanita ini,
maka para guru dapat lebih bijaksana menghadapi para siswa putra dan siswa
putri dalam kegiatan menyimak dalam kelas; misalnya dalam pemilihan bahan dan
cara mengevaluasi keberhasilan keaktifan atau kegiatan menyimak itu.
Tabel
perbedaan Gaya Menyimak berdasarkan perbedaan Jenis kelamin
Perbedaan
gaya Menyimak
|
|
Pria
|
Wanita
|
Objektif
|
Subjektif
|
Aktif
|
Pasif
|
Keras
Hati
|
Simpatik
|
Analisis
|
Difusif
|
Rasional
|
Sensitif
|
Tidak
mau mundur
|
Mudah
terpengaruh
|
Netral
|
Cenderung
memihak
|
Intrusif
|
Mudah
mengalah
|
Berdikari
|
Reseptif
|
Swasembada
|
Bergantung
|
Menguasai
Emosi
|
Emosional
|
6.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kemampuan Murid Menyimak
di Sekolah Dasar
Menurut Tarigan (1993: 48) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi
keefektifan kemampuan menyimak antara lain:
a. faktor keterbatasan sarana,
b. faktor kebahasaan,
c. faktor biologis,
d. faktor lingkungan,
e. faktor guru,
f. faktor metodologi,
g. faktor kurikulum, dan
h. faktor-faktor tambahan.
a.
Keterbatasan
Sarana
Keterbatasan sarana
yang dimaksudkan di sini adalah belum tersedianya buku-buku dan alat-alat
lainnya yang memadai, kondisi ruangan belajar yang belum kondusif turut pula
mempengaruhi pengajaran menyimak dan jumlah murid yang terlalu banyak di kelas
serta masih kurangnya sekolah yang memiliki laboratorium bahasa.
b.
Kebahasaan
Kendala utama di
dalam pengajaran menyimak adalah faktor yang bersifat kebahasaan yaitu mulai
dari mengenal bunyi di tingkat fonologis, kata, kalimat, dan ujaran wacana
sampai kepada menangkap, menyimpan isi ujaran serta kemampuan menyimpan hasil
simakan. Di samping faktor-faktor ini masih ada faktor lain misalnya tanda baca
serta tanda-tanda suprasegmental antara lain; tekanan, aksen, jeda, dan
intonasi yang juga merupakan masalah bagi murid, terutama di dalam mempelajari
bahasa asing.
c.
Biologis
Murid yang
pendengarannya kurang baik, karena mungkin ada organ-organ pendengarannya tidak
berfungsi dengan baik, sudah pasti akan mengalami kesulitan dalam menyimak.
Dengan demikian
dalam pengelolaan kelas seorang guru harus jeli memerhatikan keadaan muridnya.
Murid yang kurang tajam pendengarannya, sebaiknya didudukkan di bangku paling
depan atau murid yang kurang baik pendengarannya di sebelah kiri jangan di
tempatkan paling kanan ruangan kelas, demikian pula sebaliknya.
d.
Lingkungan
Lingkungan
yang dimaksud di sini adalah di mana sekolah itu berada. Kalau lingkungan
sekolah atau kelas itu penuh dengan suara kegaduhan, kebisingan,
kehiruh-pikukan bunyi kendaraan lalu lintas di sekelilingnya, maka sudah pasti
hasilnya tidak akan sebaik apabila pengajaran menyimak itu dilaksanakan di
dalam suasana kondusif atau lingkungan yang tenang.
e.
Guru
Guru yang
penampilannya simpatik, terampil menyajikan materi pengajaran dan menguasai
bahan pengajaran akan lebih berhasil di dalam mengajar menyimak daripada guru
yang mempunyai sifat-sifat yang berlawanan dari sifat-sifat yang dikemukakan di
atas. Jelasnya kemampuan professional berupa penguasaan bidang pengajaran yang
disajikan, kemampuan personal berupa sikap mental atau akhlak pribadi yang
terpuji, misalnya suka membantu murid, membimbing murid, memuji keberhasilan
murid, menghargai hasil karya murid, bersifat bersahabat dengan murid serta
mempunyai kemampuan sosial berupa pendekatan secara kemasyarakatan baik kepada
murid-murid, maupun terhadap guru-guru lain dan juga orangtua murid. Kesemuanya
ini akan turut menentukan keberhasilan pengajaran menyimak khususnya dan
pengajaran-pengajaran lainnya di sekolah.
f.
Metodologi yang Digunakan
Guru yang kurang
menguasai sesuatu metode yang digunakannya pasti kurang berhasil di dalam
mengajar, demikian pula guru yang hanya mengetahui dan menggunakan hanya satu
metode, sudah barang tentu hasilnya akan kurang dibandingkan dengan guru yang
menguasai dan menggunakan banyak metode mengajar menyimak yang lebih baik.
g.
Kurikulum
Kurikulum yang disusun dengan baik dan jelas, akan sangat membantu
guru-guru dalam mengajar menyimak. Materi menyimak di dalam kurikulum yang
tidak terlalu padat atau berbelit-belit dan diorganisasikan dengan baik akan
memudahkan guru mengajar menyimak. Begitu pula tingkat kesulitan bahan
pengajaran menyimak dalam kurikulum hendaknya disesuaikan dengan perkembangan
murid, baik perkembangan kebahasaan maupun perkembangan kematangan psikologis.
Bahan pengajaran yang terlalu sukar dapat memprustasikan murid dan sebaliknya
bahan pengajaran yang terlalu mudah dapat membosankan murid. Tingkat kesukaran
materi penyajian sebaiknya berada pada tingkat yang biasa, disebut teacheable
(tingkat dapat diajarkan), artinya tingkat kesukaran dan kemudahannya sesuai
dengan perkembangan kebahasaan dan psikologis murid. Dengan demikian pengajaran
menyimak akan berhasil dengan baik.
h.
Faktor-faktor tambahan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variabel-variabel yang dapat
berpengaruh terhadap pemahaman dari hasil pendengaran (listening
comprehension). faktor-faktor tersebut (Sutari, 1998: 68) adalah sebagai
berikut:
1)
Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian
yang terkontrol secara ilmiah;
2)
Tak banyak mengenal validitas dan reliabilitas tes
mendengar yang diterapkan dalam penelitian;
3)
Karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir
dengan baik.
Menurut pendapat di
atas bahwa faktor lain yang bisa mempengaruhi upaya guru meningkatkan kemampuan
murid menyimak di sekolah dasar, yaitu faktor kurang seringnya diadakan
penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah; tak banyak mengenal
validitas dan reliabilitas tes mendengar yang diterapkan dalam penelitian; dan
karena sebagian besar penelitian belum terkoordinir dengan baik.
7.
Upaya Meningkatkan Kemampuan Murid Menyimak dalam
Pembelajaran Bahasa
Indonesia
di Sekolah Dasar
Untuk meningkatkan
kemampuan menyimak pada murid sekolah sekolah dasar, ada beberapa teknik yang
perlu ditempuh (Tarigan, 1993: 61) yaitu:
a.
Teknik loci (Locy System)
b.
Teknik penggabunga
c.
Teknik Fonetik
d.
Teknik pengelompokan kategorial
e.
Teknik Pemenggalan
f.
Konsentrasi
Untuk lebih jelasnya mengenai teknik-teknik tersebut, maka dapat dilihat
pada uraian sebagai berikut:
a.
Teknik loci (Loci System)
Salah satu teknik
mengingat yang paling tradisional adalah teknik loci. Teknik ini pada dasarnya
memberikan cara mengingat pesan dengan memvisualisasikan dalam benak kita
materi yang harus diingat.Teknik ini dilakukan dengan, mempelajari urutan
informasi dengan informasi lain yang serupa, dengan mempelajari lokasi-lokasi
yang ada di sekitar kita dan
mencocokkan hal-hal yang akan diingat
dengan lokasi-lokasi tersebut.
b.
Teknik penggabungan
Teknik yang ke dua
adalah teknik penggabungan (link system), teknik ini memberikan gagasan
tentang cara mengingat,yaitu dengan menghubungkan (menggabungkan) pesan pertama
yang akan diingat dengan pesan ke dua, ke tiga, dan seterusnya. Pesan berantai
itu dihubungkan pula dengan imaji-imaji tertentu yang perlu anda visualkan
secara jelas dalam pikiran. Untuk mencegah terjadinya
kelupaan pada pesan pertama (pesan yang akan dimata-rantaikan), anda pun perlu
menghubungkan pesan pertama tersebut dengan lokasi yang akan mengingatkan anda
pada item tadi.
c.
Teknik Fonetik
Sistem lain yang
lebih kompleks tetapi cukup efektif adalah teknik fonetik atau phonetic
system. Teknik ini melibatkan penggabungan angka-angka, bunyi-bunyi fonetis,
dan kata-kata yang mewakili bilangan-bilangan tadi serta bunyi-bunyi, dengan
pesan yang akan diingat.
d.
Teknik pengelompokan kategorial
Pengelompokan
kategorial, yakni suatu teknik pengorganisasian yang dapat digunakan secara
sistemtis untuk memodifikasikan informasi baru dengan cara memberikan struktur
baru pada informasi-informasi tadi.
e.
Teknik Pemenggalan
Teknik ini
memberikan cara mengingat pesan dengan cara memenggal pesan-pesan yang
panjang.contohnya, Apabilah mendengar orang menyebutkan nomor telepon, misalnya
6651814, maka agar mudah mengingatnya kita memenggal, kelompok angka itu
menjadi 665-18-14, atau 66-51-814 dan sebagainya.
f.
Konsentrasi
Berkonsentrasi pada
pesan yang dikirimkan oleh pembicara merupakan kesulitan utama yang dihadapi
oleh pendengar. Karena seringnya berkomonikasi dalam rentang waktu yang terlalu
lama, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi untuk
memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada satu
rangsang saja.
Pendengar akan
lebih bertanggung jawab dan meningkatkan konsentrasinya dengan melatih perilaku
(Sutari, 1998: 66) sebagai berikut:
1)
Jujur terhadap penutur apabila ia mempunyai kesulitan
dalam menangkap pesan yang disampaikan
2)
Membuat pertanyaan-pertanyaan pribadi agar lebih memperhatikan
3)
Melatih kebiasaan menuliskan pendapat orang lain pada saat penutur terlibat pembicaraan dengan pendengar lain
4)
Mendengar dengan tujuan untuk berbagai pesan antara
satu penutur dengan penutur lain.
8.
Mempraktekkan/
melatih kemampuan pendengar.
Berdasarkan uraian
di atas menunjukkan bahwa untuk meningkatkan konsentrasi, maka seseorang perlu
mengembangkan sikap dan perilaku jujur terhadap penutur apabila ia mempunyai
kesulitan dalam menangkap pesan yang disampaikan; membuat pertanyaan-pertanyaan
pribadi agar lebih memperhatikan; melatih kebiasaan menuliskan pendapat orang
lain pada sat penutur terlibat pembicaraan dengan pendengar lain; mendengar
dengan tujuan untuk berbagai pesan antara satu penutur dengan penutur
lain; dan memperaktekkan/ melatih kemampuan
pendengar.
BAB III
PEMBELAJARAN MENYIMAK DI SD
1. Strategi Pembelajaran Menyimak di SD
Tujuan
Pembelajararan Menyimak di SD
Menyimak
merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai oleh manusia sebelum
menguasai keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Ahli perkembangan
anak menyatakan
bahwa ketika anak baru lahir, komunikasi pertama yang dikuasainya adalah
mendengarkan.
Anak mendengar ibunya mendendangkan lagu, mendengar ibunya
menimang-nimangnya,
juga mendengar ibunya berbicara dengan ayahnya atau dengan orang
lain. Setelah
itu anak mulai menirukan ucapan-ucapan yang biasa diucapkan orang dewasa di
sekitarnya.
Menyimak
merupakan keterampilan berbahasa lisan. Kemampuan berbahasa lisan
anak akan terus
berkembang dan berlanjut sampai dia masuk sekolah, bahkan sampai dia
dewasa.
Perkembangan sangat ditentukan oleh lingkungannya. Di Indonesia sebagian besar
bahasa lisan
yang digunakan anak adalah bahasa daerah. Anak berkembang dalam bahasa
daerah, sehingga
kekayaan kosa kata dan pengetahuan tentang aturan bahasa yang
diperolehnya
adalah dalam bahasa daerah. Ketika anak mulai bersekolah di sekolah
dasar, mereka
harus menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Bahkan belajar
membaca dan
menulis dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Sementara
kosa kota yang
dikuasai mereka adalah bahasa daerah. Oleh karena itu, sejak anak masuk
sekolah dasar,
guru mulai membiasakan siswa mendengarkan dan bercakap-cakap dalam
bahasa
Indonesia, sehingga pengayaan kosa kata dan pengenalan aturan berbahasa
Indonesia cepat
dapat dilakukan.
Menyimak
sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa memiliki tujuan untuk
memperoleh
informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang hendak
disampaikan oleh
pembicara melalui ujaran.
Tujuan
pembelajaran menyimak
ialah memperkaya kosa kata anak sehingga membantu
siswa ketika
belajar membaca dan menulis. Pelajaran menyimak oleh kebanyakkan guru dianggap
tidak perlu diajarkan karena sudah implisit ke dalam ketiga komponen keterampilan
bahasa yang lain. Ada juga beranggapan bahwa “mendengar” atau “menyimak” adalah
suatu yang bersifat refleksif seperti hanya dengan “bernafas”. Jadi, menyimak adalah sesuatu yang sudah
dengan sendirinya berjalan, bergerak, dan tidak perlu diajarkan. Namun dipihak
lain, mengemukan juga pendapat, menyimak perlu diajarkan karena tanpa kemampuan
menyimak tidak akan mungkin di peroleh keterampilan yang lain. Menyimak pada
dasarnya adalah keterampilan dasar yang mendasari keterampilan yang lain (membaca,
menulis, berbicara).
Peranan Guru
dalam Meningkatkan
Kemampuan Bahasa
Lisan
Sejalan
dengan tuntutan pembelajaran dengan pendekatan yang berpusat pada siswa dalam pembelajaran
menyimak, guru dituntut untuk memberi peluang kepada siswa untuk mengungkapkan
pendapat dan perasaannya. Fenomena selama ini, pembelajaran cenderung
didominasi oleh
guru. Guru lebih banyak berbicara dan anak lebih banyak mendengarkan
baik dalam
kegiatan klasikal maupun kelompok. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk
saling menyampaikan
pendapatnya secara lisan dalam bentuk diskusi sangat besar artinya.
Kesempatan ini
juga dapat merupakan latihan untuk siswa mengemukakan kritik yang
kontsruktif.
Kritik yang konstruktif, yang mengandung suatu pemecahan masalah harus
disampaikan
secara sopan. Yang menerima kritik perlu bersikap terbuka agar dapat
memanfaatkan
kritik yang konstruktif tersebut. Suasana demikian ini diharapkan dapat
menimbulkan
sikap tenggang rasa dan saling menghormati.
Keberhasilan
suatu pembelajaran menyimak bergantung pada adanya dua kondisi.
1.
Guru
memberikan teladan sebagai penyimak yang kritis dan pembicara yang efektif dan menggunakan
strategi yang efektif pula.
2.
Setiap
siswa yang berpartisipasi dalam diskusi memiliki informasi tertentu yang akan disampaikan
kepada teman-temannya. Saling memberikan dan menerima informasi, pendapat, atau
gagasan merupakan faktor utama untuk mencapai keberhasilan dalam diskusi. Siswa
juga perlu memberikan dan menerima saran.
Materi
Pembelajaran Menyimak
Agar
anak mudah memperoleh kemampuan berbicara dan mendengarkan dalam bahasa Indonesia,
sebaiknya kegiatan pembelajaran diurutkan sesuai dengan kemampuan anak,
yaitu dari yang
sangat sederhana sampai dengan yang agak sulit.
Berikut ini
urutan kemampuan berbicara dan mendengarkan beserta dengan contoh
pembelajaran
yang dapat dilatihkan guru di kelas melalui kegiatan informal dan melalui permainan.
Sebagai salah satu contoh pengajaran menyimak di sekolah dasar diarahkan pada
materi dan
bentuk pengajaran sebagai berikut.
1.
Membiarkan/menyuruh siswa menutup mata lalu menundukkan kepalanya di atas
meja, kemudian
mereka disuruh membedakan bunyi (meraut pensil, mendorong
kursi, membuka
pintu, membalik buku, dan lain-lain).
2. Mengajarkan
kepada siswa bagaimana menerima pesan telepon secara singkat.
3. Membacakan
paragraf pendek tentang ilmu
pengetahuan.
Kemudian ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa,dan
bagaimana.
4. Pada
pelajaran bahasa Indonesia anak usia
jenjang sekolah
ini perlu mendapat latihan mengucapkan bunyi-bunyi vokal dankonsonan, seperti
ucapan :
a + i = ai pan -
tai
se - lai te - ra
- tai la - lai
ke - de - lai se
- ru - nai
a + u = au ka -
lau pu - lau me - ran - tau
si - lau ge - mi
- lau ha - ri – mau
Vokal-vokal
tersebut harus diucapkan jelasdengan membuka mulut dan membentuk mulut sebaik-baiknya,
sesuai dengan bunyi yang keluar dari artikulator secara wajar.Guru, sebagai
model penutur harus mampu embuat tutur yang jelas dan betul.
5. Pelajaran dikte
sangat memerlukan ucapan ,pelafalan yang jelas, pelan, berulang-ulang(tiga kali
ucapkan sudah cukup, untukmelatih terampil dan tertib) kemudian dituliskata,
kelompok kata atau kalimat tersebut.
6. Guru
bercerita, siswa mendengarkandengan sungguh-sungguh. Kemudian gurumenanyakan
hal-hal yang benar-benarmenarik minat siswa dalam isi cerita.
7. Bermain
berbisik. Pelajaran ini inginmeningkatkan kemampuan mendengar
siswa. Kegiatan
mendengarkan memerlukankonsentrasi dan pemahaman yang tinggi.
Siswa dapat
diatur dalam sesuatu deretanatau bebas untuk duduk dengan memperhatikan
giliran yang
sudah diatur sebelumnya.Permainan ini dapat berupa sebuah
kompetisi berhadiah
nilai atau pujian yangberupa motivasi intrinsik.
8. Bermacam-macam
pertanyaan tiruan bunyibinatang dapat diberikan untuk melatih
mendengarkan cermat.
Metode dan Teknik
dalam Pembelajaran
Menyimak
Sebenarnya masih
dapat dibuat variasi pertanyaansesuai dengan kebutuhan masing-masing
siswa. Lain
daripada itu guru perlu pulamemperhatikan langkah-langkah dalampelajaran
menyimak sebagai berikut.
1. Menentukan
makna
Hal ini penting
karena tanpa adanyapenjelasan guru, mungkin siswa tidak akanmenangkap dan
memahami apa yang didengarnya.
2. Memperagakan
ekspresi
Setelah guru
menentukan makna, makadiulang beberapa kali. Pertama guru beradadi depan kelas,
dan selanjutnya bergerak kekiri dan ke kanan agar semua siswa dapatmelihatnya.
3. Menyuruh
mengulangi
Siswa menirukan
apa yang disebutkan olehguru sambil melakukan suatu gerak ataumenunjuk suatu
gambar.
4. Memberikan
latihan ekstensif
Guru dapat
menggunakan berbagai caramisalnya, dengan drill (mengulangi kata
danekspresi yang telah diajarkan dalam situasiyang terbatas, dan dengan kata
serta strukturyang terbatas).
Apalagi kalau
siswa diberi kesempatanmemanipulasi atau mengeksplorasi media.Pembelajaran
menjadi lebih bermakna karenakemampuan berpikir dan kreativitas siswaberkembang.
Dengan demikian dominasi gurudalam proses pembelajaran dapat diminimalisasi,sehingga
pembelajaran yang berpusatpada anak dapat diujudkan.Jenis media atau alat peraga
yang dapatdigunakan dalam pembelajaran bahasa termasukmenyimak beraneka ragam.
Alat peraga ataumedia untuk mata pelajaran lain dapatdigunakan dalam
pembelajaran bahasa. Olehkarena kegiatan menyimak melibatkan alatauditori
siswa, alat yang dipilih harusdisesuaikan.
Media dan Bahan
Pembelajaran Menyimak
Media memegang
peran penting dalam prosespembelajaran. Ada dua fungsi utama mediadalam pembelajaran.
Pertama, media berfungsiuntuk memudahkan penyampaian konsep ataumateri.
Terutama bagi siswa kelas awal yangdari segi perkembangan kognitif manurut
Piagetmasih berada pada tahap pra operasionalkonkret sangat memerlukan media
dalampembelajaran. Dengan media, siswa dapatmemahami sesuatu yang abstrak
menjadi lebihkonkret. Kedua, dengan penggunaan mediaproses pembelajaran lebih
menarik bagi siswa.Apalagi kalau siswa diberi kesempatanmemanipulasi atau
mengeksplorasi media.Pembelajaran menjadi lebih bermakna karenakemampuan
berpikir dan kreativitas siswaberkembang. Dengan demikian dominasi gurudalam
proses pembelajaran dapat diminimalisasi,sehingga pembelajaran yang
berpusatpada anak dapat diujudkan.Jenis media atau alat peraga yang dapatdigunakan
dalam pembelajaran bahasa termasukmenyimak beraneka ragam. Alat peraga ataumedia
untuk mata pelajaran lain dapatdigunakan dalam pembelajaran bahasa. Olehkarena kegiatan
menyimak melibatkan alatauditori siswa, alat yang dipilih harussdisesuaikan.
Kriteria Penilaian Pembelajaran Mendengarkan
Sesuai dengan namanya tes
mendengarkan, bahan tes yang diujikan
disampaikan secara lisan dan diterima
siswa melalui sarana pendengaran.
Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239)
penilaian mendengarkan dapat
dilakukan dengan
berbagai cara:
a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan mendengarkan pada
tingkat ingatan untuk mengingat fakta
atau menyebutkan kembali fakta-fakta
yang terdapat dalam wacana yang diperdengarkan, dapat bberupa nama, peristiwa,
angka, dan tahun. Tes bisa
berbentuk tes objektif isian singkat
atau pilihan ganda.
b. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut
siswa ubtuk memahami wacana yang
diperdengarkan. Kemampuan pemahaman
yang dimaksud mungkin terhadap
isi wacana, hubungan antaride,
antarfaktor, antarkejadian, hubungan sebab.
c. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan mendengarkan
yang dapat dikategorikan tes tingkat
penerapan adalah butir tes yang terdiri
dari pernyataan (diperdengarkan) dan
gambar-gambar sebagai alternatif
jawaban yang terdapat di dalam lembar
tugas.
d. Tingkat Analisis
Tes kemampuan mendengarkan pada
tingkat analisis pada hakikatnya juga
merupakan tes untuk memahami informasi
dalam wacana yang diteskan. Akan
tetapi, untuk memahami informasi atau
lebih tepatnya memilih alternatif
jawaban yang tepat itu, siswa dituntut
untuk melakukan kerja analisis. Tanpa
melakukan analisis wacana, jawaban
yang tepat secara pasti belum dapat
ditentukan. Dengan demikian, butir tes
tingkat analisis lebih kompleks dan sulit
daripada butir tes pada tingkat
pemahaman.
Analisis yang dilakukan berupa
analisis detail-detail informasi,
mempertimbangkan bentuk dan aspek
kebahasaan tertentu, menemukan
hubungan kelogisan, sebab akibat,
hubungan situasional, dan lain-lain.
Menurut Power dalam Safari ( 1997: 61) ada
tiga jenis pertanyaan
pemahaman dalam ujian mendengarkan
yaitu:
1). Siswa memlih satu pertanyaan yang
sama maksudnya dengan pernyataan
yang didengar.
2). Didengarkan percakapan singkat
dari dua orang kemudian
ditanyakan tentang isi percakapan yang
telah diperdengarkan (pernyataan
hanya diperdengarkan satu kali).
3). Didengarkan
pidato/percakapan/bacaan kemudian ditanyakan beberapa
pertanyaan dari cerita tersebut.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Menyimak adalah suatu rentetan proses, mulai
dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, memanfaatkan hasil
penafsiran, dan proses penyimpanan, serta proses menghubung-hubungkan hasil
penafsiran itu dengan keseluruhan pengetahuan dan pengalaman.
2.
Tujuan menyimak
yaitu agar orang yang mendengarkan dapat memperoleh pengetahuan atau informasi
mengenai hal tertentu dari berita atau cerita yang ia dengar.
3.
Jenis-jenis
menyimak antara lain:
a.
Menyimak
ekstensif (extensive listening)
b. Menyimak intensif (intensive listening)
c. Menyimak sosial (social listening)
d. Menyimak sekunder (secondary listening)
e. Menyimak estetik (aesthetic listening)
f.
Menyimak
kritis (critical listening)
g.
Menyimak
konsentratif (consentrative listening)
h. Menyimak introgatif (introgative listening)
i.
Menyimak
penyelidikan (exploratory listening)
j.
Menyimak
pasif (passive listening)
k.
Menyimak
selektif (selective listening)
4.
Tahap-tahap
menyimak antara lain:
a.
Isolasi
b.
Identifikasi
c.
Integrasi
d.
Inspeksi
e.
Interprestasi
5.
Faktor yamg
mempengaruhi dalam menyimak antara lain:
a.
Faktor fisik
b.
Faktor
Psikologis
c.
Faktor
pengalaman
d.
Faktor sikap
e.
Faktor motivasi
f.
Faktor jenis
kelamin
g.
Faktor
lingkungan
h.
Faktor peranan
dalam masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Henry Guntur Tarigan. 1986. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Angkasa: Bandung
6 komentar:
terimakasih
Sama-sama, mohon saran dan kritiknya :)
TERIMA KASIH ATAS ILMU UNTUK MENAMBAH PENGALAMAN MELALUI MEDIA DI BLOQ INI.GOOD LUCK.KA.TK AL-FURQON SROWO SIDAYU GRESIK JATIM
Terima kasih atas ilmu yg diberikan di blog ini, kalau boleh saya tanya, apakah penguasaan kosa kata dan pola kalimat juga mempengaruhi kemampuan menyimak? Jika iya, mohon untuk menyertakan teori ahli yg relevan dengan jawaban, terima kasih.
Terima kasih atas ilmu yg diberikan di blog ini, kalau boleh saya tanya, apakah penguasaan kosa kata dan pola kalimat juga mempengaruhi kemampuan menyimak? Jika iya, mohon untuk menyertakan teori ahli yg relevan dengan jawaban, terima kasih.
Muhaimin (2006) itu ditemukan dimana ya?
Posting Komentar