Subscribe:

Jumat, 10 April 2015

Kemampuan Lanjut dalam Kegiatan Menulis



            Secara dikotomis, kita dapat membedakan tulisan atas dua jenis, yaitu fiksi dan nonfiksi. Contoh fiksi, yaitu cerpen, novel, dan naskah drama. Sedangkan contoh nonfiksi, yaitu makalah, artikel dalam jurnal, artikel berita dalam surat kabar, dan laporan penelitian. Dari contoh tersebut kita dapat mengatakan bahwa fiksi merupakan hasil kegiatan kreatif-imanjinatif penulisnya yang berupa karya tulis yang biasanya digolongkan ke dalam tulisan kesastraan. Nonfiksi merupakan hasil kegiatan penulisan yang mengandalkan logika dan pengamatan penulisnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa tulisan nonfiksi cenderung bersifat logis dan empiris.
A.    Merencanakan Tulisan Fiksi
Tulisan fiksi adalah hasil kegiatan kreatif dan imajinatif penulisnya. Kalaupun terdapat fakta-fakta yang disajikan didalamnya, fakta-fakta itu hanyalah hasil imanjinasi penulisnya. Mungkin juga tulisan itu diciptakan berdasarkan pengamatan terhadap fakta-fakta itu hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi. Setelah diramu menjadi suatu tulisan fiksi, apakah berbentuk cerpen, novel, atau naskah drama, fakta-fakta empiris itu berubah menjadi fakta imajinatif.
     Pada umumnya, proses penulisan fiksi yang dilakukan setiap pengarang tidaklah sama. Ada yang mengatakan bahwa kadang-kadang sebuah inspirasi muncul secara tiba-tiba. Ada pula inspirasi itu sengaja dicari dengan cara bepergian ke berbagai sudut desa dan kota, dengan menuruni lembah dan ngarai, mengarungi sungai dan lautan, dan ada pula yang mencari inspirasi untuk menulis fiksi dengan cara menekuni berbagai bahan basaan di perpustakaan.
     Hal yang sama yang ditempuh oleh penulis fiksi adalah mereka membuat catatan-catatan mengenai peristiwa-persitiwa dan kesan-kesan imajinatif yang muncul dalam kepalanya. Selanjutnya, peristiwa –peristiwa dan kesan – kesan imajinatif itu dirangkaikan menjadi sebiah synopsis atau sebuah ringkasan cerita. Jadi, kita dapat mengatakan bahwa penulisan sebuah fiksi dimulai dengan penulisan sebuah synopsis cerita.
     Setelah sebuah synopsis terwujud, lalu si penulis dapat meramunya menjadi sebuah cerita pendek, sebuah novel ataukah meramunya mennjadi babak-babak drama.  
B.     Merencanakan Tulisan Nonfiksi
Pada tahap perencanaan, antara lain seorang penulis harus melakukan pemilihan terhadap topik karangan, merumuskan tujuan karangan, dan menulis kerangka karangan.
1.    Pemilihan Topik
Langkah pertama dalam perancanaan sebuah karangan adalah memilih topik karangan. Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai dalam pemilihan topic karangan. Berikut ini dikemukakan satu per satu kriteria tersebut.
Kriteria pertama, topic yang dipih untuk ditulis hendaklah yang menarik bagi penulis itu sendiri dan dikuasai betul oleh penulis. Bayangkan bila topic yang dipih tidak menarik bagi penulis, pekerjaan manulis pastilah menjadi sangat membosankan. Kemudian, apabila topik yang dipili tidak begitu dikuasai maka sudah tentu tulisan yang disusun pasti tidak dapat dikembangkan dengan baik atau dangkal isinya. Oleh karena itu, topic yang kita pilih untuk ditulis haruslah menarik bagi kita dan kita kuasai substansinya.
Kriteria kedua, topik yang dipilih hendaklah aktual, sedang hangat dibicarakan atau sangat diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh pembaca sasaran. Apabila topic yang kita pilih untuk sesuatu yang sudah basi, tentu tidak ada yang akan membacanya. Sebaliknya, bila topik yang kita pilih untuk ditulis adalah sesuatu masalah yang sedang dihadapi masyarakat pembaca maka tentu akan banyak yang menyukai tulisan kita sehingga akan banyak pembacanya. Apa gunanya sesuatu tulisan apabila tidak ada yang membacanya.
Kriteria ketiga, bahan- bahan yang kita perlu untuk menulis sehubungan dengan topik yang kita pilih tersedia atau dapat dijangkau. Misalnya, data atau informasi yang kita perlukan untuk menulis berkenaan dengan topik tersebut dapat diperoleh dalam batas waktu dan sumber dana yang tersedia. Kita akan mengalami kesulitan dalam menulis apabila data atau informasi yang diperlukan untuk mengembangkan tulisan kita berada jauh, misalnya di kutub utara, sedangkan waktu dan dana yang tersedia, tidak mencukupi untuk itu. Jadi, dalam pemilihan topic ,pertimbangan aspek keterjangkauan terhadap data dan informasi yang kita perlukan.
Kriteria keempat, topic yang kita pilih hendaklah sesuai cakupan ruang lingkupnya dengan waktu dan sumber dana yang tersedia. Jadi, jangan terlalu luas dan jangan pula terlalu sempit. Dalam menentukan ruang lingkup topic, kita dapat dengan menggunakan diagram, misalnyaseperti berikut.
                        Jadi, melalui diagram tersebut, kita dapat melihat ruang lingkup topic pendidikan. Setelah mencermati diagram tersebut, kita pun harus bertanya-tanya pada diri sendiri, dengan waktu dan dana yang tersedia, sanggupkah menulis sebuah artikel atau buku dengan topik pendidikan? Kalau tidak memungkinka, kita harus mempersempit ruang lingkup tulisan kita dengan memilih salah satu aspek dari topik pendidikan tersebut yang akhirnya kita harus memilih subtopic, yaitu hubungan konsep diri dengan prestasi belajar siswa.

2.    Perumusan Tujuan
Setelah topik tulisan dipilih, kita harus merumuskan tujuan tulisan kita. Dengan tulisan yang akan disusun, kita dapat bermaksud member pengetahuan atau penjelasan kepada pembaca menyangkut topik yang telah kita pilih. Mungkin pula tujuan yang ingin dicapai dalam menulis adalah berupaya mempengaruhi sikap pembaca atau kita menginginkan pembaca melakukan suatu tindakan sehubungan dengan topik yang kita tulis. Tujuan yang kita rumuskan akan berpengaruh terhadap kerangka karanagn yng akan kita susun serta terhadap jenis data atau infoemasi yang kita perlukan dalam menulis.
            Sebagai contoh, berikut ini dikemukakan topik karangan serta perumusan tujuan penulisan.
Topik     : Hubungan antara konsep diri fisik dengan prestasi belajar
Tujuan :Melalui tulisan yang bersifat argumentatif, penulis bermaksud menjelaskan hubungan antara konsep diri fisik dengan prestasi belajar, serta perlunya bimbingan mengenai konsep diri bagi para siswa yang sedang berada pada masa puber.

3.    Penulisan Kerangka Karangan
Kerangka karangan perlu ditulis sebagai bagian dari perencanaan karangan. Penulisan kerangka karangan bermanfaat terutama sebagai pedoman bagi penulis agar tidak ke luar dari topic dan tujuan penulisan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Selain itu, kerangka karanagn merupakan panduan bagi penulis dalam penentuan struktur karangan serta dalam pengumpulan bahan bagi karangan.
Ada 2 cara penulisan kerangka karangan. Cara pertama adalah dengan mendaftarkan seluruh subtopik dari topik yang telah dipilih, kemudian memilah-milah, mengelompokkan dan menyusun nya menjadi suatu struktur kerangka tertentu. Cara ini biasanya dipakai oleh para penulis pemula. Selnajutnya, cara kedua, penulis langsung menentukan subtopik apa yang perlu ditulis dan langsung mengurutkannya. Kemudian, setiap subtopik tersebut diperinci lagi sesuai dengan keperluan penulisan. Berikut ini disajikan contohnya sebuah kerangka karangan.

Topik : Hubungan Konsep Diri dengan Prestasi Belajar
Tujuan: Agar pembaca memahami hubungan konsep diri dengan prestasi belajar siswa kelas 2 SMP dan dapat aktif member bimbingan terhadap siswa yang memiliki konsep diri rendah.

Kerangka Karangan
  1. Konsep Diri
1.1  Konsep diri akademik
1.2  Konsep diri fisik
  1. Prestasi Belajar
2.1  Prestasi belajar secara umum
2.2  Prestasi belajar tiap bidang studi
  1. Hubungan konsep diri dengan prestasi belajar
3.1  Hubungan konsep diri akademik dengan prestasi belajar
3.2  Hubungan konsep diri fisik dengan prestasi belajar
  1. Upaya-upaya pembimbingan yang dapat dilakukan
4.1  Bimbingan kelompok
4.2  Bimbingan individual



0 komentar:

Posting Komentar